1. Identitas Buku
- Judul Buku: Demokrasi Kita (Kecemasan dan Optimisme)
- Penulis: Ahmad Sahide
- Penerbit: The Phinisi Press
- Cetakan: Cetakan I, September 2023
- Halaman: x+185 halaman
- Nomor ISBN: 978-602-6941-78-7
2. Tentang PenulisÂ
Ahmad Sahide lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Ia menyelesaikan starata satunya (S1) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan mengambil jurusan Hubungan Internasional dari tahun 2004-2008. Kemudian pada tahun 2009, Ahmad Sahide melanjutkan pendidikan strata duanya (S2) di sekolah pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mengambil minat Kajian Timur Tengah (KTT), dan selesai pada tahun 2011. Lalu pada tahun 2016, ia meraih gelar Doktor (S3) di UGM dengan konsentrasi yang sama, yaitu Kajian Timur Tengah (KTT). Saat ini tercatat dosen Hubungan Internasional UMY program Magister (HIPM UMY) dan sejak 2021 diberi amanah sebagai ketua prodi HIPM UMY untuk periode 2021-2025. Selain menjadi akademisi, Ia juga aktif dalam dunia litarasi dengan menggerakan komunitas belajar menulis (KBM). Karya yang telah ia ciptakan diantaranya adalah kumpulan esai, buku ilmiah, novel, serta antologi cerpen. Tulisan-tulisan Ahmad Sahide juga bisa dijumpai di beberapa media cetak lainnya, seperti Kedaulatan Rakyat, Bernas Jogja, Tribun Timur, Suara Muhammadiyah, dan lain sebagainya.
3. Tentang Buku
Buku dengan judul "Demokrasi Kita" adalah buku dari kumpulan esai penulis yang subelumnya, yaitu " Kebebasan dan Moralitas" (2010 dar 2013), "Kekuasaan dan Moralitas" (2016), "Demokrasi dan Moral Politik" (2016 dan 2020), dan yang terakhir adalah buku kumpulan esai dengan Judul "Demokrasi dan Mahkota Politik "(2020). Esai-esai tersebut ditulis sejak Penulis masih menjadi mahasiswa Strata Satu (51) di Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyaka hingga menjadi dokter di Universitas Gadjah Mada. Menulis esai merupakan cara yang dipilih penulis untuk merekam dinamika budaya dan sosial potik (berdemokrasi) di Indonesia.
4. Isi Buku
- Esai-esai 2017
Di dalam bab ini ada 14 esai. Tiga diantara esai-esai tersebut ialah Nasionalisme dan film, kontroversi dan Legitimasi Politik Trump, dan yong terakhir Golkar dan Setya Novanto; krisis yang tak berujung. Pada esai Pertama Yakni nasionalisme dan film, nasionalisme merupakan bentuk kecintaan dan kebanggaan kita terhadap bangsa dan negara. Perasaan cinta ini tidak terikat dengan ruang dan waktu. Contoh aktor publik yang menunjukkan sikap nasionalismenya adalah B. J Habibie. B.J Habibie atau mantan Presiden ke-3 Republik Indonesia itu memutuskan untuk kembali ke kampung halaman yakni Indonesia setelah menerima permintaan dari Presiden Saat itu yakni Soeharto. Bahkan Jika diteliti gaji yang didapatkan oleh B.-J. Habibie selama di Jerman jauh lebih tinggi saat itu dibanding dengan gaji yang didapatkan ketika kembali ke Indonesia. Walau diberikan jabatan sebagai menteri oleh Soeharto, alasan utamanya adalah karena Spirit atau jiwa nasionalismenya yang begitu tinggi terhadap Indonesia. Lalu ada cara lain juga untuk menumbuhkan sikap atau spirit nationalisme kita yaitu melalui film. Ada beberapa film karya Indonesia yang menunjukkan sikap itu, Salah Satunya adalah "Sokola Rimba". Sosok yang dapat kita contoh di sini adalah sosok Butet Manurung yang mendatangi sebuah kelompok masyarakat di jambi yaitu Suku Anak Dalam, di tahun 1999. Butet Manurung merupakan anak yang lahir hingga dewasa tinggal di Ibu Kota Jakarta, namun ia rela meninggalkan semua kemewahannya selama di kota demi mendidik anak-anak dari Suku Anak Dalam untuk membaca dan menulis. Lalu isu terakhir ialah isu yang berasal dari tanah air tercinta. Setya Novanto merupakan seorang aktor politik yang pernah menjabat sebagai ketua DPR RI, namun in ditangkap karena dianggap telah melanggar kode etik. Meskipun demikian, ia tetap berusaha untuk kembali pada posisinya. lalu pada saat pemilihan kader ia menang menggantikan Aburizal Bakrie, ia bahkan mengalahkan Ade Kamaruddin. Kemenangannya menjadikan dirinya memiliki kesempatan untuk mengambil kembali tahtanya sebagai kettua DPR RI. Golkar tidak belajar dari kesalahan yang sebelumya, yang memiliki cacat Politik. Hal itu mengakibatkan Golkar dalam putaran tahun 2019. Mereka berpikir bahwa datangnya Setya Novanto  akan membawa pengaruh yang positif.
- Esai-esai 2018
Lalu tiba-tiba ada plagroomnya. Bab ini memiliki 12 Esai. Salah satunya ialah menjaga NKRI dengan membuktikan keadilan sosial. Sayangnya sila terakhir di Pancasila. Dalam Strukturnya Setya Novanto kembali sebagai ketua umum Partai Golkar. Ketimpangan masih begitu jelas pada saat itu, contohnya dalam bentuk diidamkan. Alasan lainnya yakni karena bentuk infrastruktur. Di tahun 2018 dianggap hanya bermain-main, diadakan rapat oleh para Paskata. Dalam berdemokrasi pasti tetap dalam contoh adalah orang yang popularitasnya saja makanya dikenal. Dari oknum-oknum inilah makanya para pemangku jabatan di negeri kita tidak ada yang betul. Mereka hanya menginginkan harta. Demokrasi Sejatinya yaitu "Dari rakyat, Oleh rakyat, dan Untuk rakyat. Maka sudah seharusnya kita protes apabila suatu pemimpin tidak mengerjakan tugasnya dengan baik-baik. Seperti yang kita ketahui di tahun 2015 Jokowi berencana 2 periode dan juga Prabowo masih berambisi untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini. Menjelang Pemilu 2019, capres-cawapres itu kembali mencoba untuk memenangkan hati rakyat. Lalu sudah ada kebijakan-kebijakan yang sama dan mereka belum jelas. Setelah pesta itu mereka melupakan janji-janji mereka. Harusnya Setelah apa yang telah dilakukan oleh pera oknum-oknum tertentu, kita semakin berani untuk membasmi mereka. Â
- Â Esai- esai 2019
Sebagai penutup dari esai-esai yang lain. Kali ini ada tiga lagi esai yang lain dari lainnya. Pertama dari negeri kita tercinta yakni mengenai kasus pemilu 2019 bukan lagi pertama keren. melakukan pemilu.  ketika lawan memberikan Pasangan Jokowi kali ini adalah Ma'ruf Amien. Setelan hasil Quick count keluar pihak dari Prabowo tidak percaya,  bahkan satu kali menang. Pemilu kali ini Prabowo dipasangkan dengan Sandiaga Uno. Persaingan sengit antara Prabowo dan Jokowi, Prabowo membawa kucing. Tim Prabowo mulai percaya setara. Lalu Setelah  Jokowi-Ma'ruf menang keduanya berbaikan, Prabowo pun mendatangi Jokowi. Agar kedua kubu tersebut tidak lagi saling menyerang. Lalu esai terakhir yakni mengenai Yerussale m yang diakui oleh Donald Trump sebagai ibu kota Israel. Hal tersebut mengundang amarah umat islam di seluruh dunia. setelah pernyataan tersebut, negara-negara islam yang bergabung dalam OKI mekkukan Perunding an mengenai Sikap Donald Trump. kemudian diajukan pada rapat PBB hingga mencapai kesepakatan. Lalu kemarin mereka membawanya ke PBB tapi tak ada tanggapan dari Donald Trump.
5. KesimpulanÂ
Esai 2017-2019 menggambarkan berbagai dinamika yang mewarnai politik, sosial, dan isu internasional. Ada semangat nasionalisme melalui sosok seperti B.J. Habibie dan cerita inspiratif Sokola Rimba, tapi juga skandal besar seperti kasus Setya Novanto yang mengguncang Partai Golkar. Ketimpangan demokrasi dan pemimpin yang dinilai acuh terhadap rakyat menjadi sorotan, sementara Pemilu 2019 menghadirkan persaingan sengit antara Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandiaga, yang akhirnya diakhiri dengan rekonsiliasi. Di tingkat internasional, keputusan Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel memicu kemarahan dunia Islam, mengingatkan pentingnya keadilan global yang terus diperjuangkan.
6. Kritik dan Saran
Menurut saya buku ini sudah bagus secara keseluruhan, baik dari cover sudah bagus, bahasa yang digunakan juga sudah bagus, strukturnya, lalu ada tambahan istilah-istilah yang digunakan dalam politik. sehingga sangat membantu bagi siapa pun yang ingin pelajari politik di Indonesia. Kekurangan buku ini yaitu terdapat typo di bab esai-esai 2019. Buku ini bisa dibaca dan dipahami oleh siapa saja, baik itu seorang dosen, Mahasiswa/Pelajar, dan juga bagi siapa pun yang ingin mengingat-ingat atau mempelajari isu-isu politik yang terjadi Pada tahun 2017 dan sampai 2019, baik itu isu global maupun isu di tanah air. Apabila buku. ini dibaca dari edisi yang pertama sampai akhir, maka akan semakin mempermudah pembaca dalam memotret Perjalanan kebangsaan, mulai dari isu-isu yang berkembang non-Kontroversial hingga Kemunculan dan tenggelamnya tokoh-tokoh politik dalam dinamika perjalanan kebangsaan Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI