Mohon tunggu...
Azimatul Amini
Azimatul Amini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana, Minat Perilaku dan Promosi Kesehatan, Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK), Universitas Gadjah Mada

Azima adalah mahasiswa kesehatan yang juga tertarik pada bidang seni seperti musik dan lukisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Transformasi Gaya Hidup Sehat: Menghindari Ancaman Obesitas di Indonesia

30 Mei 2024   10:30 Diperbarui: 30 Mei 2024   10:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Transformasi Gaya Hidup Sehat: Menghindari Ancaman Obesitas di Indonesia

Oleh Azimatul Amini, S.Tr., Kes.

Obesitas adalah kondisi tubuh tidak ideal yang diukur berdasarkan Body Mass Index (BMI) yang secara umum dikategorikan dalam overweight dan obesitas. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), obesitas dan overweight disebabkan oleh konsumsi kalori ke dalam tubuh yang lebih besar daripada kalori yang dihabiskan oleh tubuh sehingga menyebabkan ketidakseimbangan energi. Ketidakseimbangan energi menyebabkan tubuh menimbun energi (kalori) dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi.

Brazilian Institute of Geography and Statistics (IBGE) menyatakan bahwa 1 dari 3 anak, berusia 5 sampai 9 tahun, memiliki berat badan berlebih. Data World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas pada anak mengalami peningkatan di negara berkembang, yaitu dari 8,9% menjadi 12,9% pada laki-laki dan 8,4% menjadi 13,4% pada perempuan, yang ditinjau dari tahun 1980 sampai 2013. Laju prevalensi obesitas juga meningkat di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat yang meningkat dari 12,4% menjadi 30%, Korea Selatan meningkat dari 14,3% menjadi 15,3%. Prevalensi obesitas pada anak juga meningkat di Cina dan Portugal, yaitu 10,1% dan 7% berturut–turut. Anak yang mengalami obesitas berpeluang 40-60% menjadi obesitas di masa dewasa yang berdampak pada kesehatan, karena pola gaya hidup yang dibiasakan pada masa kanak-kanak kemungkinan besar akan berlanjut di masa dewasa.

Obesitas dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes, stroke, beberapa jenis kanker, dan penyakit kronis lainnya. Data dari International Agency for Research on Cancer menyatakan bahwa obesitas diperkirakan menyebabkan 14% kematian akibat kanker pada pria dan 20% kematian akibat kanker pada wanita. Besarnya konsekuensi kesehatan akibat obesitas dianggap penting untuk mengidentifikasi faktor risiko yang dapat diubah melalui intervensi kesehatan atau kebijakan masyarakat (Frankenfeld, Leslie and Makara, 2015).

Faktor Risiko Obesitas dan Overweight

Beberapa faktor risiko obesitas dan overweight meliputi:

  • Kurangnya aktivitas fisik. Orang dewasa disarankan melakukan aktivitas fisik selama 150 menit/hari sedangkan anak-anak disarankan selama 60 menit/hari.
  • Perilaku makan yang tidak sehat, mulai dari konsumsi kalori berlebih, konsumsi terlalu banyak lemak jenuh, dan konsumsi makanan tinggi gula tambahan.
  • Tidur yang tidak berkualitas. Kualitas tidur yang baik berdurasi 7 jam/malam.
  • Tingkat stres yang dapat memicu otak untuk memproduksi hormon, seperti kortisol, yang mengendalikan keseimbangan energi dan dorongan rasa lapar, dimana perubahan hormon tersebut dapat meningkatkan rasa lapar dan cenderung menginstruksi tubuh untuk menyimpan lebih banyak lemak.
  • Pada beberapa kasus orang memiliki genetika yang cenderung membuatnya lebih cepat mengalami pertambahan berat badan.
  • Lingkungan berkontribusi mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik, contohnya akses makanan sehat dan tempat tinggal yang mendukung melakukan aktivitas fisik seperti lapangan, trotoar, dan gymnasium.

Kebijakan dan Program Pemerintah Indonesia

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mendorong pola hidup sehat:

  • Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas): Mendorong aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, asupan buah dan sayur setiap hari, dan pendidikan gaya hidup sehat.
  • Peraturan Menteri tentang Pengawasan Kadar Gula, Garam, dan Lemak pada Makanan Olahan dan Siap Saji: Melalui program "Isi Piringku" yang menggantikan paradigma "4 Sehat 5 Sempurna".
  • Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat, Sadar Pangan Aman (Germas SAPA): Mengajarkan jajanan sehat pada anak-anak melalui kepala sekolah dan staf kantin.

Program di Negara Maju

Beberapa negara maju juga memiliki program untuk mengurangi obesitas:

  • Amerika Serikat: Program Let’s Move oleh mantan Ibu Negara Michelle Obama, fokus pada aktivitas fisik dan pola makan sehat anak-anak.
  • Inggris: Program Change4Life yang membantu keluarga membuat perubahan kecil tapi signifikan terhadap gaya hidup sehat.
  • Jepang: Program Shokuiku (食育) yang mengajarkan pentingnya pola makan sehat dan seimbang.
  • Singapura: Program Health Promotion Board (HPB) dengan inisiatif seperti "Healthy Meals in Schools Programme" dan kampanye "Lose to Win".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun