Mohon tunggu...
Anto Juniawan
Anto Juniawan Mohon Tunggu... Seniman - Jump Back

I'm learning all about my life by looking through her eyes..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Amanah Suci

18 April 2011   17:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:40 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat hidup menjelang terasa mimpi-mimpi segera cemerlang. Keinginan hati, harmoni harapan, semua menampakkan kesediaannya. Sehingga damai jiwa cinta perbuatan, tekun pemahaman, pasrah bersenandung do'a. Mereka anak-anak yang suci nan agung. Dalam dekapan bunda, kasih sentausa bapa dan buaian semesta. Namun alangkah malang ketika matahari terbenam berganti usia. Sang jahil mengecap kuasa dunia memangsa masa depan mereka. Tak terasa bapa bunda dirundung luka duka. Luka tak terobati dari sengatan racun yang dibuat di bumi pertiwi kampung halaman. Tak ada petunjuk pun datang. Siang malam diperdaya. Hati kelu, pikiran pilu, perasaan pun sendu ngilu. Mau diapa lagi, berkurang pun perjuangan demi putra-putri tunas jiwa. Meski tak menyerah tapi akhirnya bernanah. Nasi bercampur darah dari sisa-sisa kebejatan pemuka durjana. Siapa lagi yang mau tahu, semua terjebak. Tipu daya yang benar-benar menggetarkan nadi. Meresahkan alam. Dan semua menggelepar kesakitan tanpa ulah lagi. Sabar pun Ayah Bunda menata pertahanan. Berharap jauh dari pertolongan yang sebenarnya dekat. Anak pun bermurung kata berpudar ceria. Menutup mata, telinga dan berlagak bahagia. Rentan jiwanya. Labil celakanya. Terkejar gairah terkejar sukacita namun lemah tipis kasih sayang. Lebam percaya diri, semangat dan moral. Banyak yang terperangkap kejayaan ideologi. Banyak yang terkapar kelaparan. Tiada yang perduli lagi. Celakanya semoga lekas tiada. Lekas lah sadar para bangsawan pengabdi keagungan!!!! Inilah cerita anak, ayah dan bunda dari rakyat jelata. Inilah guratan sudra. Dan bukan pengemis ludah kalian!!! Sebelum semua nyata, sebelum jeritan jadi kehancuran. Karena do'a Ayah Bunda slalu terpanjatkan saat keringat mereka mengusap dahi anak-anak suci. Cahaya bulan yg hangat meretas gumam mereka keharibaan Pencipta semesta alam. Dan sekali lagi mereka tidak butuh belas kasihan!! Karena kalian bukan tuan mereka. Smoga kalian terampuni. Dan anak-anak negeri segera cemerlang berbhakti. Salam dari kami dan mereka, putra-putri beserta Ayah Bunda.. Pemegang amanah kelangsungan bumi pertiwi..

Ponorogo, April 10, 2010 at 9:57pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun