Tim BKP Puspaga Sulsel Melaksanakan Kegiatan Berbasis Experiential Learning di Sekolah
Tim Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) di Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Sulawesi Selatan (Sulsel) melaksanakan kegiatan berbasis Experiential Learning bertema bullying dan seks pranikah dengan judul “Kenali Risiko pada Remaja! Yuk, Bangun Lingkungan Sekolah yang Aman dan Ramah” berkolaborasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sulawesi Selatan (Sulsel) di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMAN) 16 Makassar pada Selasa (26/11) lalu.
Azila yang merupakan salah satu anggota Tim BKP Puspaga Sulsel menjelaskan bahwa experiential learning ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai bullying dan membangun kesadaran akan risiko bullying, mencegah korban, serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan ramah.
“Experiential learning yang dilaksanakan oleh kelompok kami (baca: Tim BKP Puspaga Sulsel) bertujuan untuk memberikan edukasi, membangun kesadaran akan bullying, mencegah korban bullying, dan juga menciptakan lingkungan yang aman tanpa menyakiti orang di sekitar kita,” jelasnya.
Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan dan sambutan dari Kepala Sekolah SMAN 16 Makassar dan dilanjutkan dengan pre-test untuk mengukur pemahaman peserta mengenai bullying. Setelah itu, peserta menerima materi tentang bullying melalui metode experiental learning yang membantu mereka memahami dampaknya.
Salah satu peserta berinisial ZA berbagi pengalaman tentang bentuk bullying yang pernah dialami.
“Saya pernah dibully secara non verbal, seperti di jauhi oleh orang-orang yang ada di dekat saya, dan pada saat saya di jauhi saya sering diejek dari belakang oleh mereka,” ungkapnya.
Psikoedukasi berfungsi untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana bullying dapat merusak kesehatan mental dan fisik siswa, serta untuk membangun kesadaran agar siswa dan seluruh anggota sekolah dapat saling mendukung dalam menciptakan atmosfer yang positif dan inklusif.
“Kegiatan psikoedukasi ini sangat penting untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang dampak bullying dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman serta bebas dari kekerasan,” Ungkap Yusuf Kepala Sekolah SMAN. 16 Makassar
Pada sesi bullying, Narasumber yang kerap di sapa Novuta menggunakan media visual seperti plakat dan botol air mineral untuk memberikan ilustrasi sederhana mengenai dampak psikologis dari perilaku bullying. Dengan memegang botol air mineral yang diberi label “perasaan korban,” ia menjelaskan bagaimana tekanan verbal atau fisik dapat memengaruhi kondisi emosional seseorang.