Berdasarkan data yang diambil dari WHO penyakit menular sudah tidak lagi penyebab kematian terbanyak melainkan penyakit tidak menular khususnya kanker merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia diikuti dengan penyakit kardiovaskular yang menduduki peringkat kedua. Setiap tahun, 12 juta orang di dunia menderita kaker dan 7.6 juta diantaranya meninggal. Diperkirakan pada tahun 2030 angka penderita kanker meningkat mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal. Pada tahun 2013 di Indonesia prevalensi tumor/kanker di idonesia adalah 1.4 per 1000 oenduduk. Prevalensi kanker tertinggi terdapat di Yogyakarta (4.1%), Jawa Tengah (2.1%), Bali (2%), dan DKI Jakarta  1.9 per mil.Â
Kanker tertinggi yang menyerang wanita di Indonesia adalah kaker payudara dan diikuti oleh kanker serviks. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens kaker di Indonesia 123 per 100.000 penduduk dengan insides tertiggi pada perempuan adalah kanker payudara sebesar 40 per 100.000, dan diikuti dengan kanker serviks 17 per 100.000. Pembiayaan untuk menangani kanker di Indonesia cukup tinggi dimana pada thun 2012 pengobatan kanker menduduki peringkat ke-2 setelah hemodialysis yaitu sebanyak Rp. 144.7 miliar dan meningkat hingga Rp. 905 miliar pada tahun 2014.Â
Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja     Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia ini dilaksanakan selama 5 tahun di seluruh Indonesia, dimana pencanangan dilakukan oleh Ibu Negara pada tanggal 21 April 2015 di puskesmas Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DI Yogyakarta dengan teleconference 10 provinsi lain Sumater Utara, Sumater Selaatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.Â
Rangkaian kesgiata meliputi kegiatan promotif, preventif, deteksi deni, dan tidak lanjut. Melalui kegiata ini diharapkan munul kesadaran dan kepedulian dari masyarakat terutama dalam mengendalikan factor risiko kanker dan deteksi dini kanker sehingga diharapkan angka kesakitan, kematian, akibat penyakit kanker dapat ditekan. Kegiatan ini merupakan bagian dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat dan berkualitas dan mencapai kesehatan yang setinggi-tingginya, hal ini sesuai dengan tercapainya Nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia.
Tujuan pemeriksaan IVA
Tujuan dari pemeriksaan IVA dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari pemeriksaan IVA adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker, Tujuan khusus dari pemeriksaa IVA adalah meningkatnya motivasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, tujuan ini merupakan tujuan untuk meningkatkan kepedulian dari masyarakat sehingg masyarakat termotivasi untuk melakukan pemeriksaan.Â
Selanjutnya adalah meningkatnya jumlah perempuan yang melakukan deteksi dini kanker serviks, meningkatnya penemuan lesi prakanker dan stadium dini kanker serviks sehingga diagnosis dini dapat dilakukan dan progresi kanker dapat diatasi sehingga tingkat kesembuhan dari penderita kanker serviks akan meningkat da harapan hidup pun akan meningkat. Tujuan khusus selanjutnya adalah terlaksananya perluasan indormamsi tentang penyakit kanker, factor risiko kanker, dan upaya pengendalinannya,, terselenggarana kampanye pengendalian kanker melalui media, terselnggaranya koordinasi lintas program dan lintas sector (organisasi profesi, LSD, dan masyarakat).
Pelaksanaan kegiatan IVA
Deteksi dini kanker serviks dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih dengan pemeriksaan leher Rahim secara visual dengan menggunakan asam asetat yang sudah diencerkan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat leher rahum dengan mata telanjang untk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%, dan jika terdapat daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), hal tersebut mengindikasikan bahwa leher Rahim mungkin memiliki lesi prakanker.Â
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska keguguran, Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS. Target sasaran dari pemeriksaan IVA adalah perempuan dengan usia 20 tahun ke atas, namu prioritas program deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50% perempuan sampai tahun 2019.
Jika terdapat perempuang yang positif setelah pemeriksaan IVA maka harus diberikan tatalaksana berupa krioterapi, elektrokauterisasi atau eksisis LEEP/LLETZ. Krioterapi dapat dilakukan oleh dokter umum, spesialis OBGYN atau konsultas onkologi ginekologi, sedangkan ekktrokauterisasi, LEEP/LLETS dilakukan oleh dokter spesialis OBGYN atau konsultas onkologi ginekologi. Terdapat guidline jikga IVA positif (lesi<75%, lesi < 2 mm di luar batas kriopron termasuk ujung prob, tidak ada perluasan dinding vagina ke dalam kanal di luar jangkauan kriopron) maka tatalaksana selanjutnya dapat ditawarkan pengobatan segera, ditawarkan pengobatan setelah konseling, dan ditawarkan pengobatan waktu kunjungan berbeda.Â
Pada penawaran pengibata segera prosedur yang dilakukan adalah pasien tidak pindah ruang tes IVA dan pasien harus menerima konseling mengenai pengobatan sebelum tes dimulai dan diberi kesempatan untuk bertanya atau memperkuat konseling di anatara tes dan pengobatan. Pada tawaran pengobatan setelah konseling prosedur yang dilakukan adalah pasien meninggalkan ruang pemeriksaan IVA dan mendapat konseling di ruang yang berbeda.Â
Setelah konselig selesai, dia dapat kembali ke ruang periksa untuk mendapatka pengobatan. Pada tawran oengobatan waktu kunjungna berbeda prosedur yang dilakukan adalah pasie mendapat janji untuk konseling dan pengobatan pada hari lai atau di tempat lain, waktu kunjunga harus spesifik. Petugas harus mampu menhubungi pasie jika ada perubahan jadwal.
Referensi:
1. Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara [Internet]. 2015 [cited 3 September 2017]. Available from: http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/Buku_Panduan_Pelaksanaan_IVA-SADANIS_2015.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H