Mohon tunggu...
Azharotunnafi
Azharotunnafi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tim Dosen PIPS UIN Malang Memberikan Kebermaknaan Pembelajaran Melalui Kuliah Lapangan di Kawasan Budaya Bali

19 November 2024   01:01 Diperbarui: 19 November 2024   01:06 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokumen pribadi

Kegiatan ini merupakan agenda kuliah lapangan dalam rangka menyusun project mata kuliah sebagai tugas akhir semester yg terintegrasu matakuliah sej. kebudayaan Indonesia dan ekonomi mikro. Pembahasan terintegrasi antara sejarah, budaya, ekonomi dan demografi. Teknik penugasan yaitu dengan mengikuti kuliah umum dan wawancara tokoh serta penduduk sekitar. Peserta merupakan mhsw PIPS semester 3 sejumlah 90 mahasiswa, didampingi oleh 5 dosen mata kuliah.

Kunjungan pertama diadakan di desa adat Loloan, Jembrana tepatnya di Masjid Agung Baitul Qadim yang merupakan masjid tertua di Loloan,  Kegiatan ini diisi oleh Kepala Desa Loloan, DPRD kab. Jembrana Hasbil Ma'ani, S. Pd, pegiat sejarah loloan Fahrul Mahally, S. E, serta sejumlah tokoh masyarakat dan takmir masjid. Materi yang disampaikan di Loloan yaitu bertujuan untuk mengetahui islamisasi di Bali yg mayoritas Hindu. Masyarakat Islam Kampung Loloan adalah akulturasi masyarakat Melayu dan Bugis. Dalam acara ini juga dipamerkan sejumlah prasati termasuk AlQuran tertua yg ditulis tangan di tahun 1238 H/1824 M oleh Tuan Guru Datuk Ya'kub Trengganau dari Malaysia.

Kegiatan kedua di desa Tegal Tugu yang memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan sistem pertanian Subak. Sistem Subak dinobatkan sebagai warisan budaya UNESCO yg ditetapkan tahun 2012. Materi diisi oleh kepala desa, diakhiri dengan pertukaran vandel dari UIN ke Desa Tegal Tugu dan sebaliknya. Acara dilanjutkan dengan observasi di area persawahan. 

Kegiatan ketiga di Desa Adat Panglipuran yang bercirikan khas Bali dengan pura di depan rumah yg berjajar rapi. Desa ini dinobatkan sebagai desa terversih no.3 di dunia versi UNESCO. Di sini mahasiswa ditugaskan untuk wawancara kepada penduduk sekitar mengenai kearifan lokal dan perekonomian warga. 

sumber : dokumen pribadi
sumber : dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun