[caption id="attachment_107948" align="alignleft" width="300" caption="AP Photo"][/caption] Di sekolah seminari dan gereja Katolik Jerman terungkap lebih dari 250 mantan murid mengalami pelecehan seksual, bahkan kakak Paus Benediktus XVI, Pastor Georg Ratzinger mengakui melakukan pelecehan seksual terhadap paduan suara anak laki-laki (Tempointeraktif.com, 23 Maret 2010). Menurut penelitian The American Catholic Bishops (tahun 2002), dari tahun 1950 sampai 2002 sebanyak 10.667 anak dilaporkan menjadi korban pelecehan seksual oleh 4.392 pastor (Wartaislam.com, 28 Januari 2010). Paus Benediktus XVI sendiri akhirnya minta ma'af atas banyaknya pelecehan seksual di gereja, artinya skandal itu benar-benar terjadi dan selama ini berusaha ditutupi oleh gereja karena sangat memalukan. Seharusnya membina umat, malah merusak umat. Fitrah Manusia Pastor tidak boleh menikah untuk memberikan secara total hidupnya menjadi pelayan Tuhan, sehingga tidak terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan agama. Disamping itu, tidak menikah dianggap menjaga kemurnian dihadapan Tuhan karena orang yang menikah adalah mereka yang terkontaminasi dengan nafsu duniawi. Manusia diciptakan Allah swt dilengkapi dengan naluri (gharizah): 1) Naluri beragama (tadayyun), 2) Naluri mempertahankan diri (baqa') dan 3) Naluri seksual (na'u). Dengan adanya naluri seksual maka manusia berkembang mulai zaman Adam as hingga kiamat nanti, bisa dibayangkan jika manusia tidak punya naluri seksual maka tidak ada kelahiran sehingga manusia akan musnah seperti dinosaurus. Naluri seksual adalah fitrah manusia dan penyalurannya dengan menikah, berkeluarga dan punya anak. Ketika fitrah ini di kekang maka akan menimbulkan masalah, laksana pipa air yang di sumbat maka lama-lama akan pecah. Begitu juga para pastor tersebut, ketika nafsu seksual terhalang penyalurannya maka mereka mencari penyaluran lain dengan melakukan pedofili, dilakukan kepada anak kecil karena dianggap tidak kuat melawan dan takut mengadukan perbuatan mereka. Agama Harus Sesuai Fitrah Agama yang benar (haq) seharusnya sesuai dengan fitrah manusia, ketika agama bertentangan dengan fitrah manusia maka pasti ada yang salah dengan doktrin agama tersebut. Mengharamkan menikah bagi pastor bertentangan dengan fitrahnya sebagai manusia karena pastor bukan malaikat, sehingga menimbulkan kesengsaraan karena tidak mampu menyalurkan hasrat seksualnya. Disamping itu, mustahil Tuhan menciptakan aturan dimana manusia tidak mampu menjalankannya, kalau aturan bukan dari Tuhan tentu datang dari manusia. Melarang menikah bagi pastor adalah aturan yang sulit dijalankan, sehingga pastor mencari penyaluran kepada anak (pedofili). Dengan tegas Allah swt dalam al-Quran mengatakan bahwa Dia tidak akan memberikan beban melebihi kemampuan manusia, agama ini mudah bukan untuk mempersulit. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapatkan siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya (Al-Baqarah 286). Tidaklah Ia menjadikan keberatan bagi kamu dalam persoalan agama (Al-Hajj 78). Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesulitan bagi kamu (Al-Baqarah 185). Sehingga Rasulullah saw memberikan teladan kepada umatnya dengan menikah, berkeluarga dan punya anak. Disamping mengurus keluarganya, Rasulullah saw juga disibukkan dengan berda'wah, mengurus negara dan berjihad (perang). Bahkan ketika ada sahabat ingin fokus beribadah saja dengan berpuasa terus menerus, beribadah tanpa tidur dan tidak mau mendekati istrinya maka dimarahi Rasulullah saw: Jangan kerjakan, berpuasalah dan berbukalah, tidur dan bangunlah. Maka sesungguhnya tubuhmu punya hak atas kamu, kedua matamu punya hak atas kamu, istrimu punya hak atas kamu, keluargamu punya hak atas kamu, maka berikanlah kepada setiap orang yang punyak hak, haknya (HR. Bukhari). Islam agama yang paling sempurna, kitab sucinya bersih dari campur tangan manusia dan aturannya sesuai dengan fitrah manusia, sehingga agama ini mudah untuk dijalankan. Wallahua'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H