Mohon tunggu...
Nicko Rizqi Azhari
Nicko Rizqi Azhari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisipol UGM. Tertarik pada bidang kajian media, kajian film, jurnalistik, politik, dan hubungan internasional. Ingin menjadi produser televisi dan bercita-cita memiliki jaringan televisi suatu saat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kaset Pita dan Gelombang Budaya Pop Global

10 Mei 2013   18:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:47 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh sebelum Youtube, iTunes, dan bahkan MTV ada, budaya populer telah berekspansi membentuk kultur dominan yang disukai banyak orang di seluruh dunia. Memang, sebagian besar budaya pop itu diproduksi di AS, di sisi barat Atlantik. Tapi, tahukah Anda kalau media penyebar budaya pop itu pertama kali di produksi di sisi timur Atlantik, di sebuah negara kecil bernama Belanda? Ya, Belanda. Dan, penyebar budaya pop itu adalah kaset pita!

Kaset pita adalah media penyimpan data dengan format suara, berbentuk persegi panjang dan berisi pita magnetik, yang digulungkan pada sepasang roda penggulung kecil. Saat dimainkan dengan pemutar kaset, pita akan bergulung dari satu roda ke arah roda yang lain. Kedua sisi (arah gulungan) roda dapat digunakan sebagai media perekaman suara dan dapat dimainkan.

[caption id="attachment_242712" align="aligncenter" width="300" caption="Kaset pita dan perekam kaset pertama buatan Philips (Foto: philipsmuseumeindhoven.nl/phe/products/e_cc.htm)"][/caption] Media penyimpan suara ini ditemukan pada 1962 oleh Philips, perusahaan elektronik asal Belanda. Pada 1963, kaset pita diperkenalkan pada gelaran Berlin Radio Show di Jerman. Tahun berikutnya, produksi kaset pita mulai dilakukan secara massal di Hannover, Jerman. Pada 1965, kaset rekaman musik (musicassettes) diperkenalkan di Eropa, kemudian menyusul di AS pada 1966.

Alih-alih melindungi kaset pita sebagai teknologi eksklusif, Philips justru mendorong perusahaan lain untuk menggunakannya dengan lisensi. Karena itu, popularitas kaset pita cepat meluas. Pada 1968, sekitar 45 pabrik elektronik telah menjual lebih dari 2,4 juta pemutar kaset di seluruh dunia. Nilai bisnis dari kaset pita pun telah mencapai 150 juta dollar AS. Pada akhir dekade 60-an, kaset pita Philips telah menjadi format standar bagi industri rekaman.

Meluasnya penggunaan kaset pita pada industri rekaman telah memperluas pasar dan penetrasi industri musik serta budaya pop global. Dari awal dekade 70-an hingga akhir abad ke-20, penjualan album meningkat dua kali lipat. Pada periode yang sama, penjualan album dengan media piringan hitam terus menurun, hingga kemudian runtuh. Dekade 80-an, kaset pita menjadi media utama penjualan album musik. Puncaknya, pada 1988 sebanyak 73 juta unit rekaman musik terjual.

[caption id="attachment_242710" align="aligncenter" width="300" caption="Iklan penjualan kaset pada tahun 80-an (Foto: Billboard Magazine, 6 Nov 1982)"]

1368184755694983099
1368184755694983099
[/caption] Kaset pita audio menjadi sangat penting bagi para remaja penggila musik pada dekade 80-an. Pada awal dekade tersebut, dilaporkan penetrasi pemutar kaset pita di negara-negara Barat telah melebihi 100 persen, yang berarti melebihi jumlah rumah tangga yang ada. Sementara di negara-negara berkembang, keberadaan kaset pita seakan menjadi tanda kehadiran budaya Barat. Sebagai teknologi rekaman yang portabel dan mudah dikopi, kaset pita juga digunakan dalam produksi, penggandaan, dan penyebaran musik-musik lokal serta penciptaan aliran-aliran musik baru. Punk dan rap adalah aliran musik yang perkembangannya didorong oleh peran kaset pita. Kaset pita juga menentukan tren gadget pada paruh kedua abad ke-20. Pertengahan dekade 70-an, piranti gabungan teknologi radio transistor dan pemutar kaset mulai populer. Pada dekade 80-an pun anak-anak muda dunia menggandrungi perangkat pemutar dan perekam portabel Walkman buatan Sony.

Meski kini masa dominasi kaset pita sudah berlalu, gelombang budaya pop global yang dirintis olehnya masih terus berlanjut. Terbayang bukan, bagaimana penemuan ”kecil” dari sebuah negara ”kecil” bisa merevolusi sekaligus menciptakan budaya pop global? Bisa jadi tanpa kaset pita, generasi ayah ibu kita–juga kita–tidak akan pernah mengenal nama-nama seperti David Bowie, Stevie Wonder, The Rolling Stones, Bob Marley, Elton John, atau ABBA.

Referensi:

Sukher, Ray. 2005. Popular Music: The Key Concept. Oxon: Routledge.

Wall, Tim. 2003. Studying Popular Culture. London: SAGE Publications.

Billboard Magazine, 6 Nov 1982

http://www.soc.duke.edu/~s142tm01/history4.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Compact_Cassette

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun