Diskriminasi usia atau ageism di dunia kerja bukan isu baru. Di Indonesia, kualifikasi seperti "maksimal 25 tahun dengan 5 tahun pengalaman" menjadi candaan sekaligus keresahan. Padahal, usia bukanlah indikator kompetensi. Film Upstream menghadirkan realitas ini melalui kisah Gao Zhilei, seorang app developer berusia 40-an yang harus menghadapi tantangan berat setelah kehilangan pekerjaannya.
Ageism di Dunia Kerja: Diskriminasi yang Masih Marak
Ageism mengacu pada diskriminasi berdasarkan usia, terutama terhadap pekerja yang dianggap terlalu tua. Di Indonesia, praktik ini terlihat dari kualifikasi yang sering tak masuk akal, seperti meminta pengalaman panjang pada usia muda.
Masalahnya, banyak perusahaan lebih memilih pekerja muda dengan alasan fleksibilitas dan biaya gaji yang lebih rendah. Padahal, pekerja senior memiliki kelebihan berupa pengalaman, stabilitas emosional, dan keahlian yang sudah teruji.
Alasan Pekerja Senior Sulit Mendapatkan Pekerjaan
1. Ekspektasi Gaji yang Tinggi
Pekerja berpengalaman seperti Gao Zhilei sering dianggap beban biaya karena gaji mereka biasanya lebih besar dibanding pekerja junior.
2. Prioritas Berbeda
Pekerja senior sering memprioritaskan keluarga, berbeda dengan pekerja muda yang lebih fleksibel terhadap lembur atau pekerjaan tambahan.
3. Stereotip Tidak Adaptif
Ada stigma bahwa pekerja senior sulit mengikuti perkembangan teknologi atau budaya perusahaan yang cepat berubah.
Kisah Gao Zhilei dalam Film Upstream
Setelah kehilangan pekerjaannya, Gao Zhilei mencoba melamar di berbagai perusahaan, tetapi usianya menjadi penghalang. Akhirnya, ia beralih ke sektor informal sebagai kurir makanan.