Mohon tunggu...
Azhar Ilyas
Azhar Ilyas Mohon Tunggu... -

Menulis membuat Anda seperti hidup kembali...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sudahkah Sepakbola Menjadi Budaya di Indonesia?

19 Juli 2013   00:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:21 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Selama ini kita sudah sepakat dengan definisi budaya yang kita pelajari dari sekolahan: hasil rasa, cipta dan karsa manusia. Bangsa kita juga sudah sepakat bahwa keramahtamahan adalah budaya kita, kekhasan anak nusantara. Tapi tidak halnya dengan korupsi. Peranggapan bahwa ia sudah menjadi budaya bangsa ini masih menjadi hal yang diperdebatkan. Dari sebuah literatur yang pernah saya baca, batasan korupsi itu sendiri tidak begitu jelas (baca: abu-abu) sehingga sementara orang bisa menilai suatu tindak korupsi sebagai tindak korupsi sementara kelompok yang berkorupsi memiliki alasan-alasan untuk meyakinkan hal tersebut bukanlah tindak korupsi.

Tetapi baiklah, kali ini kita tidak sedang membahas korupsi, akan tetapi sepakbola. Kedatangan tiga klub liga premier Inggris: Arsenal, Liverpool dan Chelsea untuk menguji kualitas anak-anak nusantara dalam keterampilan menggocek bola menjadi topik hangat belakangan ini. Dan pernyataan Jose Mourinho, pelatih klub Chelsea menggelitik saya untuk mengkaitkan sepakbola dengan budaya. Dalam suatu kesempatan wawancara, Jose Mourinho mengatakan bahwa kembalinya ia ke Chelsea dengan membawa segudang pengalaman, lantaran ia baru saja kembali dari menukagi dua klub besar dengan latar belakang budaya sepakbola yang berbeda. Kedua klub itu adalah Inter Milan dari Italia yang mewakili budaya sepakbola yang sangat mementingkan strategi dengan Real Madrid dari Spanyol yang mementingkan keindahan.

Nilai-nilai! Hal itulah yang semestinya kita pelajari dari sepakbola Eropa yang telah ratusan tahun berkembang dan melahirkan sebuah perpaduan antara disiplin, seni, manajemen dan sains olahraga. Ketegasan dalam menerapkan aturan dan penghargaan atas independensi wasit begitu dijaga oleh otoritas sepakbola yang berwenang sehingga berbagai bentuk penghinaan ataupun tindakan yang dinilai berupaya mempengaruhi independensi wasit tersebut dapat diganjar hukuman berat melalui penetapan sanksi yang tegas.

Namun nilai-nilai tersebut juga tak akan berarti bila hanya diterapkan oleh wasit, pemain dan otoritas yang berwenang. Masih ada suporter yang dengan jumlahnya yang masif dapat saja menjadi penentu arah dari pertandingan yang berusia minimal 90 menit itu. Sebuah kerusuhan yang mungkin saja dipicu oleh hal-hal sepele sudah cukup untuk menyudahi kerja keras dari latihan berbulan-bulan para pemain di lapangan. Ketegasan wasit dan kelapanghatian penonton sering jadi kambing hitam. Wasit sudah cukup tegas, namun penonton membuat ulah lantaran kecewa karena timnya kalah bisa saja terjadi. Jika sepakbola Eropa yang jadi acuannya, memang tetap saja ada peluang hal semacam itu terjadi. Sebut saja kerusuhan antara tifosi Lazio dan AS Roma dalam derby capitale beberapa waktu silam. Meskipun demikian, hal tersebut merupakan pengecualian, lantaran dalam pertandingan besar serupa macam derby Manchester atau el-clasico antara Barcelona dan Real Madrid tetap ada perdebatan mengenai ketegasan wasit, namun penonton tetap mampu mengendalikan emosi sehingga tiak berujung pada kerusuhan.

Dalam upaya mereka untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022--meskipun gagal pada akhirnya lantaran Qatar yang terpilih sebagai penyelenggara even tersebut--Inggris juga telah berhasil mewujudkan stadion-stadion sepakbola mereka sebagai yang teraman di dunia. Mereka sepertinya belajar banyak dari kerusuhan yang terjadi pada tahun 1980-an di mana jumlah pengunjung stadion membludak yang menyebabkan pendukung Liverpool tewas dalam tragedi Heysel. Dengan stadion yang aman di mana penonton dan pemain hanya terpisah oleh jarak yang cukup dekat, hal ini memungkinkan penonton mengajak serta keluarga mereka untuk menonton sepakbola sebagai pilihan hiburan. Terlebih Liga Inggris kini merupakan liga terbaik di mana para bintang dari seluruh dunia bermain dalam banyak big match dan menampilkan berbagai pertandingan yang menghibur.

Peran media juga teramat penting dalam mendukung perkembangan pemain. Di Inggris, para pemain muda dapat bermanjakan pujian bak selebriti, namun dalam seejap dapat berbalik arah menjadi kritik yang menjatuhkan. Hal ini bisa saja menyebabkan tekanan psikologis yang menyebabkan mereka sulit berkembang. Meski demikian ada juga hal yang tak patut dicontoh oleh pemain kita, seperti misalnya kebiasaan pemain muda mereka yang digosipkan suka keluyuran.

Peran media adalah hal yang membuat liga Inggris menjadi tontonan yang menarik. Hal ini dikarenakan media Inggris cenderung sangat "gila data" statistik pertandingan. Hal ini menyebabkan klub menjadi mudah megevaluasi kinerja pemain dan melakan perbaikan secara berkesinambungan atau apa yang disebut dengan "Total Quality Management". Meskipun pada akhirnya berdampak buruk pada sepakbola Inggris lantaran para pemain lokal jarang diberi kesempatan bermain, namun hal tersebut menjadikan liga Inggris menjadi tontonan yang menarik dan tidak diragukan kualitasnya. Belum lagi dengan perkembangan sains olahraga, di mana tak jarang klub menjadikan rekaman pertandingan sebagai bahan evaluasi dalam menentukan strategi untuk pertandingan berikutnya.

Pada akhirnya, kita berharap meskipun terlalu berangan-angan menjadikan ujicoba ini sebagai peletak dasar awal kebangkitan prestasi tim nasional Garuda, namun dapat menjadi pemicu bagi segenap insan sepakbola di tanah air untuk merencanakan ulang arah sepakbola Indonesia di masa mendatang. Langkah Erick Tohir membeli klub Major League Soccer (MLS), D.C. United dalam rangka "belajar sampai ke negeri Amerika" merupakan langkah yang semestinya bermakna besar dalam transfer ilmu pengetahuan khususnya pengelolaan manajemen olahraga. Agar alih-alih menjadi beban bagi pembangunan, sepakbola justru dapat mewujudkan kesejahteraan insan sepakbola khususnya para pemain, pelatih dan ofisial. Dan juga sebuah tontonan berkualitas yang menghibur bagi segenap masyarakat Indonesia tentunya. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun