Tulisan ini sebenarnya masih berhubungan dengan tulisan sebelumnya. Masih berkutat tentang bagaimana menghasilkan ide cemerlang. Sebelumnya telah saya sampaikan bahwa, ide cemerlang bisa digali dengan berpikir dan membaca. Nah, pada kesempatan kali ini saya ingin mengajak Anda untuk belajar dari sebuah peribahasa yang banyak diucapkan orang, katak dalam tempurung.
Apa hebatnya katak dalam tempurung, sehingga kita perlu belajar darinya?. Ya, peribahasa sederhana itu ternyata telah menuntun saya untuk menemukan sebuah ide cemerlang. Peribahasa itu kurang lebih memiliki makna: Orang yang tidak memiliki pengetahuan luas atau Sangat sedikit pengetahuannya, kurang luas pandangannnya. Namun dengan pengetahuan yang sedikit itu ia merasa menjadi orang paling hebat atau paling pandai. Peribahasa ini kemudian saya definisikan sebagai pola pikir yang tertutup.
Atau istilah yang lebih populer biasa disebut dengan closed mind. Orang yang memiliki pola pikir tertutup cenderung menganggap pemikirannya paling benar, paling baik dan tidak bisa menerima pemikiran orang lain. Orang yang memiliki pola pikir tertutup seperti katak dalam tempurung. Bagai hidup dalam kubur, di ruang gelap tak berjendela. Betapa pengapnya, betapa sumpeknya, sehingga pikiran jadi mampet. Karena tidak ada celah sebagai tempat keluar masuknya oksigen. Beginilah gambaran orang yang memiliki pola pikir tertutup, closemind. Ia memiliki wawasan yang terbatas dan tidak berkembang. Hanya itu-itu saja.
Hanya mengerti satu jalan, padahal sebenarnya banyak cabang jalan yang bisa dilewatinya untuk mencapai sebuah tujuan. hanya mengerti satu jawaban, padahal sebenarnya banyak jawaban yang bisa diberikan untuk menjawab sebuah pertanyaan. Sehingga gerak langkahnya monoton, ibarat kata jalan di tempat. Meskipun ia merasa telah menghabiskan energi yang sangat banyak dan melelahkan, namun ternyata langkahnya tak beranjak. Ia masih tetap di posisinya semula, alias tidak kemajuan.
Berawal dari temuan itu kemudian saya kembangkan, sampai akhirnya saya berhasil menemukan lawan kata closed mind, yaitu open mind. Istilah ini sebenarnya telah saya kenal cukup lama. Kalau tidak salah saya kenal dengan istilah tersebut ketika mempelajari teori perubahan sosial yang diperkenalkan oleh Alvin Tofler. Dalam teori itu, open mind menjadi ciri bagi struktur masyarakat terbuka (open society). Inilah yang menandai terjadinya gelombang peradaban baru dalam perubahan sosial yangg disebut sebagai Knowledge Age, dengan digunakannya satelit telekomunikasi, kabel optik dalam jaringan internet dan masyarakat mampu berkomunikasi secara online.
Tidak bisa dipungkiri, berpikir terbuka (open mind ) menjadi ciri masyarakat modern. Tidak memaksakan pendapatnya dan mau menerima pendapat orang lain. Orang yang memiliki pola pikir terbuka lebih memiliki peluang untuk menciptakan hal-hal baru. Membuat perubahan melalui keputusan besar. Banyak sekali contoh yang menunjukkan hal-hal besar diciptakan dari pemikiran yang terbuka. Pemikiran yang tidak lazim pada masanya. Pemikiran yang jauh melampaui ruang dan waktu, yaitu pemikiran yang jauh melangkah ke masa depan. Seolah-olah diluar nalar zamannya. Seorang dengan pemikiran terbuka akan memiliki banyak jawaban atas pertanyaan hidup yang dihadapi.
Mampu mengetahui banyak jalan untuk mencapai sebuah tujuan, dan mampu memecah kebuntuan yang membelenggu peradabannya. Dari sinilah kemudian muncul para pembaharu peradaban di sebuah zaman. Dari sini pula lahir seorang peletak dasar kemajuan sebuah bangsa bahkan peradaban dunia. Sebut saja misalnya Alexander Graham Bell, sang penemu telepon. Bayangkan bila dunia tanpa adanya telepon, kita pasti tidak bisa berhubungan satu sama lain dalam jarak jauh. Apalagi dengan evolusi teknologi informasi saat ini yang sudah menjelma menjadi wujud lain seperti handphone dan internet. Berkat jasa Graham Bell itu, saat ini dunia serasa dalam genggaman. Betapa kemajuan yang sangat luar biasa.
Bila ditelusuri lebih jauh, para penemu, ilmuwan dan tokoh-tokoh besar yang mampu mengubah dunia sebenarnya itu, pada umunya memiliki pola pikir yang terbuka. Dengan pola pikir terbuka inilah mereka mampu berpikir di luar kota, think out of the box. Yaitu berpikir diluar kelaziman orang pada umumnya. Atau berpikir lain dari yang lain dan berpikir yang tidak biasanya dipikirkan orang lain. Dalam dunia tulis menulis, saya merasa yakin jalan ini bisa dipilih sebagai sebuah cara untuk menggali gagasan ketika kita akan menulis.
Agar dapat “Think out of the box”, Anda jangan pernah membuat batasan-batasan tertentu dalam pikiran Anda. Hilangkan semua itu dan ciptakanlah pengalaman sebanyak mungkin karena pengalaman adalah guru yang paling berharga. Jangan pernah takut Anda dianggap aneh karena berbeda, tetapi jadikanlah perbedaan itu menjadi hal unik yang sangat berharga di mata orang lain. Ubahlah sugesti yang mengatakan, “ah, itu tidak mungkin” menjadi “apa sih yang tidak mungkin, selama kita maubelajar dan mencoba”. Saya yakin apabila Anda mampu mengubah sugesti itu, maka Anda akan mampu mengubah dunia melalui kata-kata Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H