BICARA dan MENULIS merupakan dua jenis ketrampilan yang berbeda.
Jenis ketrampilan ini juga dikenal sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk penyampaian pesan.
Lazimnya, dalam komunikasi terlibat dua pihak yaitu penyampai pesan dan penerima pesan.
Mulut merupakan indera utama untuk menyampaikan pesan, informasi, berita, pengalaman, kesan dan pesan kepada orang lain. Orator dan penceramah adalah julukan yang diberikan kepada mereka yang berprofesi sebagai penyampai pesan lisan. Sebaliknya, hadirin, pendengar, dan pemirsa misalnya merupakan istilah yang diberikan kepada penerima pesan.
Bagi orator atau penceramah ulung, biasanya pesan disampaikan tanpa menggunakan text (tulisan). Namun, tidak sedikit diantara mereka yang menggunakan text atau tulisan sebagai pedoman ketika menyampaikan pesan kepada audien. Kemampuan memilih kata, intonasi suara, mimik dan gerak badan sangat penting bagi orator atau penceramah ketika mereka menyampaikan pesan kepada audien.
Sementara itu, alat tulis menulis seperti pulpen, pena, mesin ketik hingga komputer merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Penyampai informasi jenis ini dikenali sebagai penulis atau pengarang. Sebaliknya, “penikmat” pesan yang disampaikan penulis disebut sebagai pembaca.
Adapun jenis produk yang dihasilkan dari kegiatan menulis antara lain berupa buku, majalah, cerpen, puisi, dan laporan. Berbeda halnya dengan budaya lisan, dalam budaya tulisan komunikasi antara penulis dan pembaca jarang dilakukan di tempat yang bersamaan.
Lantas, kepuasan apa yang diterima keduanya?. Bagi pihak orator atau penceramah, nama mereka bakal melejit dan dikenal dimana-mana. Mereka puas ketika audien dapat menerima pesan-pesan yang disampaikan. Sementara, pihak audien juga merasa puas ketika mereka bisa dengan mudah menerima pesan yang disampaikan. Tapi kekurangannya lama-lama pesan yang disimpan di otak hilang karena kemampuan manusia untuk mengingat terbatas. Selanjutnya, pada budaya tulisan, pihak penulis atau pengarang puas jika ide, gagasan maupun pesan yang mereka tulis bisa diterima oleh pembaca sesuai dengan jalan pikiran penulis atau pengarang.
Selanjutnya, perbedaan kontras antara budaya lisan dan budaya tulisan terutama dari sudut penyampai pesan. Dimana letak perbedaanya?. Jika orator atau penceramah meninggal dunia, karya yang mereka tinggalkan bisa lenyap. Sementara itu, jika penulis atau pengarang, meninggal dunia, karya-karya mereka tetap "hidup" dan menjadi “santapan” banyak orang.
Nah, dengan tidak bermaksud menjustifikasi bahwa menulis adalah lebih baik dari berbicara ataupun sebaliknya, sekarang terserah kepada kita mau pilih yang mana. Bagaimana dengan Anda?.
Banda Aceh, 26 Desember 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H