TIGA hari lagi, Tahun 2011 bakal meninggalkan kita. Tentu, berbagai agenda telah dipersiapkan jauh-jauh hari untuk merayakan detik-detik pergantian tahun baru 2012. Malam pergantian tahun, tentunya bakal disambut dengan meriah oleh masyarakat apalagi di kota besar. Namun berbeda halnya dengan Kota Banda Aceh yang juga dikenal sebagai Bandar Wisata Islami.
Sebagai propinsi yang menerapkan Syariat Islam, pemerintah daerah (MUSPIDA) bersama unsur Majelis Permusyawatan Ulama (MPU) menyerukan kepada seluruh warga Banda Aceh agar tidak ikut serta merayakan malam pergantian tahun 2012. Namun, seruan ini tidak berlaku bagi warga non muslim (di Aceh ada warga non muslim seperti umat Kristiani, Budha dan Hindu tapi bisa hidup berdampingan dalam suasana damai).
Seruan dalam ukuran besar itu, disiarkan harian lokal Serambi Indonesia, 28/12 dan ditanda-tangani sembilan unsur pemerintah yaitu Walikota, Ketua DPRK, Komandan Kodim, Kepolisian Resort Kota, Kejaksaan Tinggi, Pengadilan Tinggi, MPU, Mahkamah Syariah, dan Dinas Syariat Islam.
“Tidak mengadakan kegiatan bersifat hura-hura, pesta kembang api, terompet, permainan-permainan yang tidak bermanfaat dan bertentangan dengan norma agama islam, adat istiadat serta kegiatan lainnya yang bersifat membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain” begitu bunyi poin kedua seruan bersama itu.
Namun demikian, karena sifatnya sebatas seruan maka tidak ada sanksi atau hukuman yang bakal dikenakan jika ada warga masyarakat yang merayakan malam pergantian tahun.
Sebaliknya, bagi warga Banda Aceh dari kalangan berduit akan merayakan malam pergantian tahun di Medan, Sumatera Utara. Bahkan, tidak jarang mereka akan menghabiskan pergantian tahun di Jakarta. Tidak mengherankan tiket pesawat terbang terjual habis jauh-jauh hari sebelumnya.
Pantauan saya, pada saat pergantian malam tahun baru 2011, warga masyarakat terutama kaum muda terlihat cukup antusias menyambut detik-detik pergantian tahun. Mereka memenuhi ruas-ruas jalan menikmati suasana malam serta memenuhi tempat-tempat makan dan tepi-tepi pantai. Disepanjang jalan juga terlihat penjual terompet.
Sebagai informasi, di Aceh secara formil hanya momentum perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram yang digelar secara meriah seperti pawai keliling kota, tausiyah dan zikir bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H