Saya tidak begitu mengerti politik dan juga bukan politikus, saya hanya sekedar mengetahui yang umumnya orang non politik tau. Itupun dari media massa yang kebenarannya belum bisa saya jamin. Bursa capres sudah bergaung sejak dulu kala, bahkan sebelum pileg terlaksana. Banyak nama yang muncul kepermukaan. Dari mentri, akademisi, militer, ekonom, politikus, pengusaha, hingga budayawan. Secara demokrasi siapa saja punya hak untuk mencalonkan diri, apapun latar belakangnya.
Selama sepekan terakhir ada dua nama yang selalu muncul kepermukaan. Media massa ramai-ramai menyoroti denmas Jokowi dan denmas Prabowo yang sedang gentar lobi sana lobi sini untuk nyapres. Bak "satria berkuda" denmas Prabowo dengan gagahnya mencari pendamping yang tepat untuk dijadikan wapres. Denmas Jokowi ala "rakyat jelata" tak mau kalah berwara-wiri untuk mencari hal yang sama, alhasil denmas Jokowi yang notabene adalah orang nomor satu di DKI Â meninggalkan tanggungjawabnya sebagai gubernur.
Media massa sudah memperkenalkan denmas Jokowi dan denmas Prabowo sebagai calon presiden untuk periode 2014-2019. Pertarungan sudah mengaung sebelum gong berbunyi. Sang pangeran lobi sana sini mencari minimal 25% suara sah pileg, kurcaci tidak mau kalah saling lempar argumen saling menjatuhkan. Cukup menarik menyimak argumen mereka. Pasukan denmas Jokowi dengan kasus HAMnya dan pasukan denmas Prabowo dengan kemaruk jabatan sang penguasa DKI plus isu "Tuan" denmas Jokowi.
Sebenarnya cukup sederhana untuk membedakan kedua sang pangeran tersebut. Keduanya memiliki latar belakang yang berbeda, satu adalah mantan anggota TNI dan yang satunya seorang pengusaha mebel. Dalam memimpin denmas Praboyo jauh lebih tegas daripada denmas Jokowi karena memang basic denmas Prabowo dari militer. Denmas Prabowo memiliki visi Indonesia Berdaulat di semua sektor, optimalisasi SDA untuk kepentingan rakyat, kemandirian dan berdikari.Nah denmas Jokowi tidak tahu visinya apa, sang pangeran ngeles bilang visinya rahasia, takut nanti ditiru orang (yang ini saya bingung apa emang begitu atau belum punya visi, hhehehe).
Jika nama ini bertahan hingga pencalonan capres selesai, dipastikan kita dipaksa untuk memilih satu diantara dua. Dari semua hal yang diangkat dari semua kurcaci-kurcaci sang pangeran, terlepas dari kebenarannya rasa-rasanya kita butuh calon alternatif. Calon yang benar-benar pas untuk memimpin bangsa ini. Dari diri saya pribadi kedua calon yang saat ini disodorkan oleh media massa belum pas untuk memimpin bangsa yang besar ini. Â Semoga Allah berikan dan tunjukkan sang Pemimpin yang pas untuk bangsa yang kita cintai ini. Salam Indonesia sejahtera...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H