Mohon tunggu...
azas tigor nainggolan
azas tigor nainggolan Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Aktivis Perkotaan yang Advokat dan Analis Kebijakan Transportasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersama Alpen Mengamati Parkir Liar di Jakarta

9 Juni 2024   15:19 Diperbarui: 29 Juni 2024   12:11 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersama Alpen Mengamati Parkir Liar.Alpen, anabul kami sekeluarga tadi pagi olah raga pagi seperti biasa. Apalagi hari ini hari Minggu, jadi olah raganya agak jauh. Setelah olah raga, Alpen bersama saya mengamati parkir liar di sepanjang jalan Bungur Raya, belakang Pasar Senen Jakarta Pusat. Belakangan ini memang marak masalah parkir liar di Jakarta. Alpen dan  saya ingin melihat langsung kondisi jalan yang sering banyak parkir liarnya. Salah satunya area parkir liar belakang Pasar Senen dan kami coba ikut parkir di sana.  Ada tanda atau rambu S dicoret yang artinya tidak boleh stop. Nah stop saja tidak boleh berarti apalagi parkir kendaraan berarti juga tidak boleh. Tapi di sepanjang jalan dengan rambu S dicoret tersebut puluhan mobil dan sepeda motor terlihat parkir dan diatur oleh juri parkirnya. Tentu ini berarti ada praktek parkir liar dengan juru parkir liar juga.

Terlihat Alpen sangat serius mengamati situasi perparkiran liar di sekitar jalan Bingei Raya Pasar Senen. Serius sekali Alpen memandangi si juru parkir (jukir) liar dan lalu lintas di sekitarnya dari dalam mobil. Banyak sekali mobil keluar masuk ke are parkir di pandu oleh si jukir liar. Setelah keluar area parkir si pengemudi terlihat memberi uang sebagai imbalannya kepada si jukir liar. Begitu kami pun sewaktu pulang, meninggalkan area parkir di pandu si jukir liar dan memberi uang kepada si jukir liar. Kali ini saya memberi Rp 5.000 diterima oleh si jukir, beberapa sebelumnya jukir liar meminta saya membayar Rp 10.000. Saya mengajak Alpen menghitung pendapatan si jukir liar dari praktek parkir liar di sepanjang jln Bungur, belakang Pasar Senen sangat besar uangnya. Kalo saja area parkir ini dikelola langsung secara benar dan masuk ke kas daerah tentu memberi pendapat daerah yang sangat besar.  

Saya merasakan bahwa Alpen memandang serius si jukir liar dan di seberang jalan ada mobil derek dinas perhubungan tapi diam saja. Tak lama setelah si jukir liar menghampiri mobil derek, langsung saja mobil derek pergi meninggalkan lokasi parkir liar. Alpen berpikir kok setelah si jukir datang ke mobil derek, langsung saja mobil dereknya pergi. Alpen dan saya melongo dan berpikir, apa yang dilalukan si jukir liar sehingga bisa mengusir si mobil derek dari lokasi parkir liar di Pasat Senen?

Tadinya Alpen dan saya berpikir mungkin si mobil derek akan menangkap dan menderek mobil yang parkir di badan jalan secara liar. "Mungkin si jukir liar memberi info ada mobil kami parkir liar di badan jalan dan harus di derek", pikir Alpen dan saya. Tetapi setelah saya telusuri ternyata si mobil derek kembali dan masuk ke parkiran kantor Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat yang tidak jauh dari area pakir liar dimana kami ikut parkir juga. Akhirnya kami berpikir, "kemungkinan si jukir mengusir dan menyuruh si mobil derek pergi dari lokasi parkir liar  dan kembali saja ke kantornya di Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat.

Tapi kok begitu ampuhnya si jukir liar sehingga bisa menyuruh mobil derek meninggalkan area parkir liar dan pulang ke kantornya? Apa yang dilakukan oleh si jukir liar terhadap si oknum di mobil derek tersebut? Apakah teman-teman bisa membantu Alpen dan saya menjawabnya?

Astina, 9 Juni 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun