Mohon tunggu...
Tiramissue Cake
Tiramissue Cake Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Fiksi Karangan Hati

saya sangat suka mendengarkan musik karenanya saya tidak harus mendengarkan apa yang ada dikepala saya yang sangat bersik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ramadhan Bulan suci, Bukan Sebagai Alasan Merugi

25 Januari 2025   07:59 Diperbarui: 25 Januari 2025   07:59 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Baru-baru ini topik hangat liburan penuh pada saat Ramadhan menuai banyak kontroversi dari berbagai individu masyarakat. Wakil Kementrian Agama, Romo Muhammad Syafi'i menyebutkan wacana tersebut pada pertemuan sidang VII DPR RI. Hal tersebut diperkuat oleh Mentri Pendidikan dasar dan Menengah, Abdul Muthi' menyataan bahwa wacana libur ramadhan adalah hal yang konkrit namun untuk warga Indonesia terutama para siswa/i untuk menunggu surat edaran secara resmi yang nantinya akan diterbitkan. Mengenai hal tersebut perlu ditinjau kembali apa tujuan untuk diberlakukannya liburan selama Ramadhan tahun ini?. Apakah dengan liburan tersebut seluruh pelajar Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar yang efisien di rumah?. Mengingat sekolah daring yang pernah kita lakukan pada masa Pandemi, keluhan serta resahan para wali murid karena anak-anak yang belajar secara daring lebih memiliki kekurangan efektivitas belajar dan kedisiplinan yang rusak. Mengenai hal tersebut, tidak semua pelajar memiliki orangtua yang benar-benar menekankan kedisiplinan dalam akademik. Terlebih hal tersebut menjadikan kurangnya minat untuk belajar karena kedisiplinan yang tidak menekan dan juga rasa keinginan yang kurang dalam belajar di rumah. Pembelajaran di sekolah yang mungkin bisa dipangkas waktu jam belajar dan mengubah metode ngajar-mengajar menjadi 'Pesantren Kilat' dirasa dapat lebih efesien. Pembelajaran sekolah dapat menjadi aktor penting untuk meningkatkan kedisipinan dan bakan ubudiyah pelajar Indonesia pada bulan Ramadhan. Dengan teknik belajar-mengajar yang ringan dapat meluangkan para pelajar untuk tetap bisa menimba ilmu dan bahkan meningkatkan ubudiyah mereka tanpa harus bersantai-santai libur sepanjang ramadhan di rumah. Memang Indonesia memiliki beraneka agama sebagai pelajar, justru untuk para siswa/i non muslim bisa melakukan berbagai aktifitas lain saat pelajaran agama dilakukan. Relasi dengan teman, kemudian belajar bersama dengan guru, dan memahami topik-topik pembelajaran yang ringan atau membahas tentang ilmu agama sekalipun bisa memiliki nilai yang sangat positif untuk menambah tumbuh kembang pengetahuan anak. Pesan kepada para mentri pendidikan, jangan menormalisasikan Ramadhan sebagai bulan yang menyusahkan para anak untuk belajar. Dengan era globalisasi, dan perkembangan teknologi seharusnya kita bisa mengedepankan pola pikir yang lebih inovatif dan kolaboratif. Bayangkan jika liburan tersebut tetap diadakan dan telah keluar surat edaran resmi dari pemerintah, akankah anak, remaja para siswa/i memiliki waktu yang produktif di rumah?. Saya akui tidak, dengan banyaknya waktu luang dapat menghimbau anak-anak menjadi pemalas, mengisi waktu dengan gadget, bahkan menggunakan waktu ramadhan untuk hal-hal yang tidak penting. Dengan kesibukan yang tetap ada di seklah secara formal bisa menangkas hal-hal negatif tersebut. Dan harus diketahui untuk para orangtua Indonesia bahkan para siswa/i sekalian, Memang Ramadhan bagi umat muslim memiliki kewajiban untuk berpusa. Namun, jika kita mengatas namakan hal tersebut sebagai alasan untuk berhenti atau bahkan mengulur produktifitas kita, itu akan memberi dampak kekebalan kita di masa depan. Jika kita membiasakan diri kita pada zona yang nyaman, kita tidak akan bisa menjadi pribadi yang tangguh untuk menghadapi kesulitan di masa yang akan datang. Jangan membuat cobaan kecil menjadi beban besar, bagaimana nanti ketika ujian-ujian kiamat kecil telah terjadi. Kemarau panjang hingga nanti kita bertemu bulan Ramadhan selanjutnya, akankah kita juga dapat bermalas-malasan untuk tidak melakuan apa-apa?. Ramadhan memang bulan yang penuh cobaan, namun untuk menuntut ilmu tetap disarankan, ibadah juga tetap dijalankan, jika memang liburan itu diharuskan maka jangan sampai pada sebulan. Liburan Ramadhan menurut saya diperbolehkan, asalkan jangan sampai memangkas habis waktu yang bisa kita dapatkan untuk mencari ilmu pengetahuan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun