Mohon tunggu...
Azahra Obelia
Azahra Obelia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Tersembunyi Fast Fashion pada Kelestarian Lingkungan

3 Juni 2024   19:46 Diperbarui: 3 Juni 2024   19:57 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam beberapa tahun terakhir, fast fashion telah menjadi tren utama dalam industri pakaian. Permintaan konsumen untuk berbagai pakaian setiap hari telah meningkat karena tren ini dan akan berubah setiap saat untuk mengikuti tren terbaru, namun secara tidak langsung tren ini memiliki dampak  pada kehidupan sehari-hari. Salah satu yang dapat kita rasakan saat ini yaitu pada lingkungan alam sekitar kita. Namun, tidak banyak masyarakat menyadari fakta ini dan  dipahami sepenuhnya oleh konsumen industri pakaian, karena citra fast fashion yang sudah di bangun dengan baik oleh berbagai brand dari fast fashion. 

Faktor utama yang memberi kemudahan industri fast fashion, yaitu dengan adanya perkembangan teknologi industri 4.0 untuk melakukan proses produksi. Teknologi yang semakin canggih, memberi kemajuan dan kecepatan kepada manufaktur-manufaktur untuk memproduksi pakaian. Setiap harinya hampir satu miliar pakaian diproduksi oleh brand fast fashion di seluruh dunia. Proses ini tentunya memakai tenaga yang tidak kecil. Mulai dari sumber bahan, tenaga kerja manusia, transportasi, kontrol kualitas, dan lain-lainnya. Tentunya semua hal ini akan menimbulkan dampak negatif secara tidak langsung. Terutama penggunaan sumber daya alam (SDA) dalam angka besar akan mempercepat kerusakan lingkungan.

Dalam proses produksi, fast fashion terkenal dengan memanfaatkan bahan kimia untuk membuat bahan serat dan pewarna sintetisnya. Tidak banyak konsumen memahami bahaya mengenai  bahan yang kerap ditemukan di brand pakaian fast fashion mereka. Fast fashion cenderung menggunakan bahan murah di pakaiannya, maka dari itu manufaktur bidang fast fashion memilih untuk menggunakan bahan serat sebagai bahan utama pakaian yang akan mereka produksi. Maka apabila bahan ini kerap digunakan, volume pada hasil proses produksi akan terbentuk di tempat pembuangan akhir yang kemudian menghasilkan bahan kimia beracun dan akan membusuk apabila dibiarkan lebih lama (Back, 2017). Selain itu, bahan kimia yang digunakan oleh manufaktur juga dapat memberi efek negatif pada kesehatan pekerja pabrik. 

Penggunaan air dalam jumlah besar juga menjadi salah satu isu dari industri fast fashion. Sebagian besar air yang mereka pakai, digunakan untuk membuat bahan tekstil (Niinimäki et al., 2020) yang akan menimbulkan pasokan air bersih pada daerah sekitar pabrik berkurang, karena untuk memproduksi satu pakaian tekstil membutuhkan air dengan jumlah yang besar. Tidak hanya itu, proses produksi akan menghasilkan limbah air dan meningkatkan pencemaran sumber air. 

Kemudian hasil sisa produksi pada limbah dari pabrik fast fashion akan dibakar, ditimbun, atau diekspor kepada negara-negara berkembang. Meskipun sebagian besar dampak kerusakan lingkungan dapat dilihat pada negara-negara produsen dan sekitarnya, sisa produksi limbah tetap dapat ditemukan di seluruh dunia. Alih-alih mengurangi produksi bahan material berbahaya dan murah yang mereka gunakan, fast fashion meningkatkan pengeluaran material mereka untuk memproduksi pakaian dengan angka hampir dua kali lipat sekarang dibandingkan pada tahun 2000 (Niinimäki et al., 2020). Oleh karena itu, bagian proses manufaktur perlu mengubah bahan-bahan yang mereka menjadi lebih ramah lingkungan. 

Industri fast fashion saat ini dilanda kritikan-kritikan dari berbagai pihak, terutama pada organisasi perlindungan lingkungan dikarenakan isu mengenai produksi mereka. SDA yang mereka pakai dapat memberi dampak yang sangat besar pada lingkungan sekitar, apabila tetap berlangsung berjalan.  Banyak organisasi di seluruh dunia terbentuk karena masalah ini dan berusaha untuk memperingati brand fast fashion secara global. Salah satunya adalah The United Nations Environment Programme (UNEP) yang mendukung gerakan menuju ekonomi sirkular industri untuk mengurangi polusi, penggunaan kembali, dan daur ulang dalam industri pakaian (UNEP, 2022). Oleh karena itu, saat ini terdapat berbagai opsi untuk mengurangi dampak lingkungan dari fast fashion. Slow fashion menjadi salah satu opsi yang mudah untuk dilakukan. Kebalikan dari fast fashion, slow fashion membiasakan kita untuk membeli pakaian dengan kualitas bagus, dapat dipakai beberapa kali, dan menggunakan SDA yang secukupnya.

Industri pakaian tidak akan mudah berubah, terutama dalam hal fast fashion, yang telah menghasilkan keuntungan besar dalam industri ini. Mungkin untuk saat  ini dampak fast fashion tidak begitu dapat terlihat, namun apabila dilakukan dalam jangka panjang, kita sebagai konsumen akan ikut merasakan kerugian dengan perubahan pada kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh mereka. Maka dari itu, kita dapat mengatasinya dengan upaya saat ini untuk menjaga lingkungan dan industri pakaian menjadi lebih sehat.

Referensi:

Back, Jennifer, "Sustainable and Ethical Practices for the Fast Fashion Industry" (2017). UEP Student Scholarship. http://scholar.oxy.edu/uep_student/

Niinimäki, K., Peters, G., Dahlbo, H., Perry, P., Rissanen, T. and Gwilt, A. (2020). The Environmental Price of Fast Fashion. Nature Reviews Earth & Environment, [online] 1(4), pp.189–200. doi:https://doi.org/10.1038/s43017-020-0039-9.

UNEP (2022). The Environmental Costs of Fast Fashion. [online] United Nations Environment Programme. Available at: https://www.unep.org/news-and-stories/story/environmental-costs-fast-fashion.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun