Mohon tunggu...
azahra musyaary
azahra musyaary Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa baru S1 Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perkembangan Kesehatan Masyarakat dan Penanganan Infeksi Menular Seksual

10 September 2024   20:51 Diperbarui: 10 September 2024   20:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

     Pada abad ke-16, Pemerintahan Belanda memulai usaha untuk mengatasi penyakit cacar dan kolera melalui berbagai inisiatif kesehatan masyarakat. Selanjutnya, pada tahun 1807, Jenderal Daendels melaksanakan pelatihan bagi dukun bayi untuk praktik persalinan, dengan tujuan menurunkan angka kematian bayi, meskipun pelatihan ini tidak bertahan lama akibat terbatasnya tenaga pelatih. Pada tahun 1888, didirikanlah pusat laboratorium kedokteran di Bandung yang kemudian berkembang ke Medan, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium-laboratorium ini mendukung usaha pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, serta perbaikan gizi dan sanitasi. Pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan dari pemerintah Belanda, memulai program percontohan di Purwokerto, Banyumas, dengan fokus pada pendidikan dan penyuluhan kesehatan untuk mengatasi tingginya angka kematian dan kesakitan.

     Kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui "Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat" untuk : Perbaikan sanitasi lingkungan, Pemberantasan penyakit-penyakit menular, Pendidikan untuk kebersihan perorangan, Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan, Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

     Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang biasanya menyebar melalui hubungan seksual. Beberapa IMS yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari meliputi HIV/AIDS, gonore, chancroid, sifilis, infeksi klamidia, herpes genital, HPV, dan infeksi hepatitis B. Banyak remaja yang tinggal jauh dari keluarga untuk menempuh pendidikan tinggi, seringkali tinggal di asrama atau akomodasi sementara dan berinteraksi dengan berbagai orang dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Dalam era globalisasi, remaja sering kali terlibat dalam hubungan seksual tanpa perlindungan dan memiliki banyak pasangan seksual. Mereka mungkin juga kekurangan akses terhadap informasi dan layanan yang diperlukan untuk mencegah IMS dan sering merasa enggan untuk mencari informasi di fasilitas kesehatan.

     Salah satu cara pencegahan adalah dengan menggunakan terapi antiretroviral (ART). Terapi ini direkomendasikan untuk orang yang terinfeksi HIV. Meskipun ART tidak dapat menyembuhkan HIV, terapi ini dapat membantu penderita hidup lebih lama dan lebih sehat dengan mengontrol jumlah virus. Obat antiretroviral (ARV) digunakan untuk menekan jumlah virus dalam tubuh, meningkatkan status kekebalan, dan mengurangi risiko kematian akibat infeksi oportunistik. Sejak tahun 2014, obat ARV telah disediakan secara gratis oleh pemerintah dan dapat diakses melalui berbagai fasilitas layanan kesehatan.

     Program Prevention of Mother-To-Child Transmission (PMTCT) adalah inisiatif pemerintah untuk mencegah penularan virus HIV dari ibu hamil kepada anak yang dikandungnya. HIV tidak hanya mengancam keselamatan ibu tetapi juga dapat menular ke bayi yang sedang dikandung, yang berpotensi membahayakan kesehatan bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

     Infeksi Menular Seksual (IMS) saat ini sudah banyak dijumpai di masyarakat, terutama pada remaja. Maka dari itu, kita sebagai civitas akademika di bidang kesehatan harus turut serta untuk membantu upaya pemerintah dalam hal promotif dan preventif supaya IMS di Indonesia bisa berkurang. Jaga diri sebaik mungkin dan saling mengingatkan satu sama lain.


KATA KUNCI : Infeksi, Kesehatan, Masyarakat, Menular, Sehat


DAFTAR PUSTAKA

Erma Retnaningtyas, Sandu Siyoto. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).

Anis K, M. Azinar (2017). Sms Reminder Untuk Peningkatan Perilaku Pencegahan Hiv/Aids DanIMS. Semarang: Jurnal of Health Education.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun