Mohon tunggu...
Ayyu Sandhi
Ayyu Sandhi Mohon Tunggu... -

People may forget who you are, but they will not forget what you've done.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menelusuri Sejarah Kretek di Museum Kretek, Kudus

7 April 2014   22:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mumpung sedang di rumah, hari Minggu kemarin saya manfaatkan dengan jalan-jalan ke obyek wisata ‘lokalan’ saja, yaitu Museum Kretek yang terletak di kota Kudus, Jawa Tengah. Saya tinggal di kota lain yang hanya berjarak kurang lebih 20 kilometer dari Kudus, tapi saya belum pernah mengunjungi museum ini. Bahkan, beberapa teman saya yang lahir dan tinggal di Kudus, mengaku juga belum pernah ke sana. Ada salah seorang teman yang bergurau ketika saya tanya rute termudah menuju Museum Kretek. “Pernah dengar sih, tapi nggak gitu tertarik tuh sama yang namanya museum. Mendingan ke Ancol, hahaha...”

Tidak bisa disalahkan juga ya, jika ada yang berpendapat seperti itu. Museum erat hubungannya dengan sejarah dan benda-benda masa silam. Di benak sebagian orang, museum identik dengan suatu tempat yang penuh dengan benda-benda kuno, sepi, gelap, kurang terawat, dan memancarkan aura suram yang membuat orang-orang enggan datang. Ditambah lagi tidak semua guru sejarah bisa menceritakan sejarah masa lalu dengan baik. Peristiwa penting yang terjadi di masa lalu bisa jadi hanya sekedar lewat saja melalui bacaan-bacaan tebal tanpa meninggalkan kesan mendalam, atau memantik ketertarikan untuk mempelajarinya lebih lanjut, dimana salah satunya adalah dengan berkunjung ke museum.

Tetapi menurut saya, nasib Museum Kretek jauh lebih baik dari gambaran museum saat ini di benak sebagian orang.

Pertama, Museum Kretek ini memiliki akses yang baik. Dari tugu identitas Kudus (yang terletak di depan Matahari), kita cukup menyusuri Jalan Agil Kusumadya ke arah Rumah Sakit Mardi Rahayu. Sebelum Rumah Sakit Mardi Rahayu, kita belok kiri ke Jalan Museum Kretek. Ehm, lebih tepat disebut gang daripada jalan mungkin ya, karena pas untuk dilalui dua buah mobil yang berpapasan. Awalnya kami pun ragu apakah ini jalan yang dimaksud, tapi jangan khawatir, di mulut jalan ada papan yang bertuliskan, “Museum Kretek 500 m”. Mentok di perempatan, ambillah jalan ke kiri. Museum Kretek adalah bangunan pertama di kiri jalan yang siap menyapa Anda.

Kedua, Museum Kretek ramah untuk anak-anak. Ada taman yang rindang dilengkapi dengan tempat duduk, area bermain, dan beberapa pedagang mainan. Ada juga yang menyewakan kereta api-kereta apian, mobil-mobilan, sekuter. Jadi kalau putra-putri Anda belum nge-soul dengan museum, naik mobil-mobilannya dulu di halaman museum juga boleh lah ya.

Ketiga, museum ini menyediakan banyak variasi kegiatan dalam satu kompleks. Selain bangunan museum itu sendiri dan taman yang sudah saya sebutkan di atas, ada juga bangunan rumah adat Kudus dan mini theatre. Kita bisa masuk dan foto-foto di rumah adat Kudus ini tanpa dipungut biaya lagi. Kalau untuk mini theatre-nya, hmmm...saya kira bakalan memutar film dokumenter tentang sejarah rokok, eh ternyata yang diputar film-film animasi buat anak-anak, hahaha. Tapi boleh lho, kalau putra-putri Anda tertarik. Ada beberapa pilihan film yang disediakan, film-filmnya lumayan baru, atau minimal yang sifatnya everlasting gitu lah. Tapi Anda harus bersedia menunggu beberapa saat, karena pengelola hanya akan memutarkan film jika jumlah penonton sudah mencapai 20 orang. Tapi kita bisa menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di area museum, beli minuman, atau main di waterboom yang letaknya paling belakang di area museum.

Keempat, bagian dalam museum (ternyata) bagus, bersih, dan rapi. Dengan tiket masuk hanya enam ribu rupiah, saya kira museum ini terawat dengan baik.

Tentu saja tetap ada aspek-aspek yang harus ditingkatkan supaya museum ini lebih ciamik lagi.

Seperti misalnya, ketika memasuki pintu gerbang museum, ayah saya agak bingung karena tidak ada yang menarik retribusi parkir, juga tidak ada tanda dimana parkir mobil. Begitu kami taruh mobil agak ‘sembarangan’, langsung ada petugas yang ‘mengejar’ kami, menarik retribusi parkir dan tiket masuk museum, juga mengarahkan ke lokasi parkir. Dan ternyata itu tidak hanya terjadi pada kami, beberapa mobil yang masuk belakangan juga begitu. Usut punya usut, ternyata loket di pintu gerbang itu kueciiil dan letaknya 2 meter di atas permukaan tanah! Kalau enggak naik truk ya enggak kelihatan toh ya.

Kemudian, boleh banget lho, kalau disediakan guide tour di dalam museum. Barangkali keberadaan guide sudah digantikan oleh poster super besar tentang sejarah kretek yang terpampang di sebelah kiri setelah pintu masuk. Tapi jika ada seorang pemandu yang berkenan menjelaskan item-item yang terpajang di museum, kesan yang membekas akan semakin dalam bukan?

Juga yang agak kami sayangkan, bagian dalam rumah adat Kudus tampak kotor, ada beberapa sampah yang berserakan (sebagian besar bungkus makanan dan minuman) serta bau rokok. Kalau ini sih memang jatuh pada kewajiban pengunjung untuk menjaga.

Secara keseluruhan, Museum Kretek ini menjadi tempat yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi jika Anda jalan-jalan ke Kudus (selain Masjid Menara Kudus yang sudah jauh lebih tenar, tentunya). Saya bukan perokok, tidak memiliki anggota keluarga perokok, juga tidak suka berdekatan dengan perokok di tempat umum. Tapi saya senang sejarah, senang berkunjung ke museum, senang mengamati gambaran kehidupan di masa lampau dan menghidupkan kembali gambaran tersebut dalam imajinasi saya.

Kata ayah dalam perjalanan pulang, “Oke, hari Minggu depan kita ganti kemana gitu yuk!”

Ibu sepakat, “Yuk, ayuk!”

Naah, saya juga senang bagian jalan-jalannya ini, hahaha...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun