Mohon tunggu...
Ayyu Sandhi
Ayyu Sandhi Mohon Tunggu... -

People may forget who you are, but they will not forget what you've done.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Wedding Series (2): Checklist Pernikahan

21 Mei 2014   21:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:16 2984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kakak perempuan saya menikah, kami sekeluarga 'menyewa' jasa Wedding Organizer (WO) yang mumpuni, tangguh, cekatan, teliti, kreatif, dan gratis...yaitu Ibu. Kebetulan kakak dan kakak ipar, keduanya waktu itu bekerja di luar kota, lumayan jauh dari rumah, sehingga tidak mungkin sering-sering pulang untuk mengurus acara pernikahan mereka berdua. Kami juga tidak berminat menyewa jasa WO sungguhan dengan beberapa alasan:

Pertama, mahal. Meskipun ukuran mahal tidaknya itu relatif. Yang jelas WO akan sangat membantu mengurangi kerepotan terutama jika kedua calon pengantin dan keluarga kedua calon pengantin semuanya sibuk. Sebagai gantinya, kita membayar sedikit 'lebih banyak' pada mereka. Karena yang lebih repot kan mereka, bukan kita, hehe. Kedua, kurang puas. Ada sebagian orang yang merasa lebih puas jika bisa menentukan sendiri unsur-unsur yang ada dalam pernikahannya (termasuk keluarga kami). Ketiga, kami tidak yakin di kota kecil tempat kami tinggal ini ada WO yang benar-benar mantap kualitasnya, hahaha.

Demikianlah, akhirnya pernikahan kakak berjalan lancar dan menyenangkan bagi semua pihak berkat kerja keras Ibu sebagai motor penggerak yang utama. Nah, ketika tiba saatnya saya yang akan menikah, kembali kami tidak ingin menggunakan jasa WO (dengan alasan yang sama) dengan konsekuensi sedikit ngrepotin orangtua sekali lagi, hehehe, maap yaaa Ayah sama Ibu :). Di sisi lain, saya juga pengen banyak terlibat, sebenarnya mengadakan pernikahan itu kayak apa sih? (ya iyalahhh...lha wong saya yang mau dinikahkan). Akhirnya setelah googling sana-sini, saya dapat menyusun checklist berikut rinciannya yang alhamdulillah sangat membantu. Berikut poin-poin yang harus dipikirkan dalam mengadakan acara pernikahan:

Hari dan tanggal

Salah seorang teman ibu bertanya, "Ibu menentukan tanggalnya pakai hitung-hitungan hari baik gitu nggak?" jawab Ibu, "Nggak jeng, kami berpedoman semua hari itu baik, jadi kami pilih saja tanggal pas hari libur dan sekiranya banyak tamu yang bisa datang. Selain itu kami kan nasional saja acaranya. Hitung-hitungan gitu kan adat Jawa banget." Teman Ibu pun menimpali, "Nah, saya setuju Bu. Kalau di depan kita sudah main hitung-hitungan, ke belakangnya semua akan ikut terpengaruh." Terus terang saya juga tidak paham benar apa maksud perkataan teman Ibu itu. Yang jelas setelah keluarga kami menentukan tanggal, kami langsung bergerak mencari gedung, rias pengantin, baju pengantin, katering, dekor, fotografer, organ tunggal, bahan untuk seragam panitia, suvenir, menghubungi penghulu, dan sebagainya. Hanya dalam dua hari semuanya deal. Proses menjalin kerjasama dengan banyak pihak itu terasa sangat mudah. Seakan-akan tanggal tersebut memang disediakan untuk kami. Dan itu kami tidak pakai hitung-hitungan lho (pakai bismillah yang jelas, hehe).

Tempat

Apakah menyelenggarakan pernikahan harus di gedung? Mengapa tidak di rumah saja? Silakan dipilih sesuai konsep acara dan jumlah tamu undangan. Kalau mengundang 500 tamu ya tidak mungkin di rumah. Nanti para tamu itu mau duduk di mana? Berdiri di mana? Parkir kendaraan di mana? Nah itu. Ketika mencari gedung, pilihlah yang sudah memiliki nama baik di kota Anda. Jaminan mutu. Dan cermati juga perjanjian dengan pihak pengelola gedung, seperti misalnya dengan biaya yang disepakati, itu termasuk AC sejumlah berapa (AC penting lho, tamu yang sudah dandan cantik kan jadi merasa nggak asik kalau makeup-nya luntur gara-gara kepanasan), sudah termasuk sound system atau tidak, jika membawa sound system dari luar tambah biaya berapa, dan lain sebagainya.

Tema

Tema pernikahan itu misalnya menentukan warna tertentu yang dominan dalam acara pernikahan (dalam dekor, warna gaun, warna dasar undangan, dan sebagainya). Atau bisa juga sesuai hobi dari kedua calon pengantin, misalnya calon pengantin hobi main musik, tema pernikahannya dibikin seperti konser klasik. Calon pengantin hobi menyelam, bikin aja pernikahan di bawah air. Atau sesuai latar belakang dari kedua calon pengantin, misalnya calon pengantin anggota kelompok pecinta alam, tema pernikahannya dibikin in the jungle. Nanti calon pengantin masuk pelaminannya turun dari atas pakai SRT. Hihihi.

Dekorasi

Ada gedung pernikahan yang sekaligus dengan dekorasinya, namun ada juga gedung pernikahan yang hanya menyediakan tempat saja lalu kita mencari sendiri pihak pendekornya. Jika belum ada gambaran tanyakan saja ke pihak pengelola gedung, siapa pendekor yang biasa mempercantik gedung tersebut untuk acara pernikahan. Nanti kita tinggal menghubungi yang bersangkutan.

Jika sudah ketemu dengan pendekor, kita perjelas berapa jumlah undangan dan perkiraan yang hadir, pestanya standing party atau tidak, dekorasi pelaminan ingin seperti apa (usahakan sudah ada gambaran, googling saja pasti dapat banyak contoh dekorasi pelaminan di internet), dekorasi ruang pesta, kamar pengantin, mobil pengantin, dan sebagainya. Akan tetapi, usahakan untuk tidak menjadi narrow-minded. Jangan sampai ada pikiran, "pokoknya aku mau dekornya seperti ini". Terbukalah terhadap saran dan kritik dari pihak pendekor, karena mereka yang lebih terbiasa dan menguasai medan pastinya.

Rias dan kebaya pengantin

Berhubung saya hanya punya waktu 3 bulan untuk mempersiapkan pernikahan, saya memutuskan untuk tidak banyak membuang waktu untuk mencari rias dan kebaya pengantin. Saya memilih perias yang juga menyewakan kebaya pengantin (dan alhamdulillah langsung dapat, huaa). Kebetulan perias saya sangat baik. Beliau mengeluarkan contoh kebaya pengantin baik untuk akad maupun resepsi, sambil memberitahu mana kebaya yang sudah berkali-kali dipakai, dan mana yang baru. Dan beliau pun menawarkan kalau ingin menjahit kebaya baru (kalau tidak cocok dengan model yang sudah ada). Setelah saya mencoba salah satu kebaya yang saya suka (kebaya putih untuk akad dan kebaya merah untuk resepsi), kebetulan sangat pas di badan saya. Hore!

Saran saya dikomunikasikan juga apa saja yang menyewa (untuk pengantin dua-duanya sih biasanya semua dari ujung rambut hingga ujung kaki) dan apa saja yang harus menyediakan sendiri (untuk ibu dari pengantin misalnya; kebaya, sandal, dan kerudung menyediakan sendiri, yang menyewa hanya kain bawahan supaya senada dengan pengantin). Demikian juga untuk seragam penerima tamu maupun penjaga buku tamu.

Oh ya, sampaikan juga model jilbab yang diinginkan nanti seperti apa dan pengen tangannya digambar-gambar (diinai) atau tidak, hehe.

Tamu

Sekedar tips saja, Ayah saya selalu membedakan antara 'jumlah yang diundang' dengan 'jumlah perkiraan hadir'. Jumlah yang diundang adalah untuk menentukan berapa jumlah undangan yang harus dicetak. Misalnya, dalam kategori 'tamu direksi', Ayah mengundang 50 orang. Berarti kita tuliskan dalam 'jumlah yang diundang' adalah 50 orang. Kemudian dari 50 orang tersebut, diperkirakan yang bisa hadir hanya 35 orang saja, karena alasan jarak yang jauh, diketahui sedang sakit menahun, dan sebagainya. Nah biasanya tamu undangan datang berdua kan, sehingga jumlah tersebut kita kalikan dua menjadi 70 orang. Berarti kita tuliskan dalam 'jumlah perkiraan hadir' untuk kategori 'tamu direksi' adalah 70 orang. Jumlah perkiraan hadir ini nanti untuk keperluan katering.

Kemudian silakan dipilih apabila ada tamu-tamu tertentu yang penting, sehingga harus dikategorikan dalam tamu VIP.

Jangan lupa juga pikirkan transportasi untuk para tamu dari jauh. Silakan didata berapa tamu yang bisa berangkat, pesan kendaraan (bila perlu) sesuai jumlah tamu, pesan makanan dan minuman untuk tamu selama di perjalanan, tentukan penempatan penumpang di tiap kendaraan, tentukan penanggungjawab tiap kendaraan, dan jika perlu para penanggungjawab ini dikasih briefing tentang jalur yang akan dilalui, supaya tidak nyasar ke lokasi acara.

Undangan

Rasanya sayang ya kalau pernikahan dengan konsep yang lucu, menarik, dan berbeda 'dibuka' oleh undangan yang biasa-biasa saja. Bagi saya, undangan itu memberikan gambaran seperti apa acara pernikahan secara keseluruhan. Mintalah pricelist dan contoh undangan yang sudah ada. Baru kemudian kita pilih salah satu desain yang paling sesuai dengan minat dan komunikasikan jika ada modifikasi tertentu. Saya memakai cara ini, yang menurut saya lebih efektif dan efisien daripada mendesain undangan baru dari awal (maklumlah, ini pernikahan kejar tayang, hahaha). Tanyakan juga dengan harga yang disepakati, apakah sudah termasuk denah, ucapan terimakasih, amplop plastik, label stiker nama, dan lain sebagainya.

Jika kita menghendaki pihak percetakan undangan sekalian nge-print nama di label stiker yang ditempel (jadi kita tinggal terima beres saja berupa undangan rapi cantik yang siap disebar), jangan lupa untuk menyelesaikan daftar nama berikut alamatnya sesegera mungkin. Usahakan tidak ada kesalahan penulisan baik nama, gelar, maupun alamat.

Katering

Kebetulan, kami kenal baik dengan ibu penyedia katering yang akan bertugas menyediakan hidangan di acara pernikahan saya nantinya, dan sudah sering memakai jasa beliau untuk acara-acara penting di keluarga kami. Jadi rasa, pelayanan, dan kebersihan katering beliau sudah tidak kami ragukan lagi. Saran saya, sekali Anda sudah cocok dengan katering tertentu, jangan coba-coba di katering lain hanya berdasarkan ‘katanya ini’ dan ‘katanya itu’. Nah, di awal ketika membahas tentang tamu undangan sudah diketahui bukan, berapa jumlah perkiraan yang hadir. Data ini kemudian diserahkan ke pihak katering. Biasanya jika jumlah undangan 500 orang, maka jumlah perkiraan hadir itu sekitar 850 orang, maka katering akan menyediakan untuk 1000 orang undangan.

Oh ya, untuk semakin memantapkan pilihan Anda, pihak katering yang baik juga akan mempersilakan Anda datang ke tempat acara pada tanggal tertentu ketika dia bertugas di sana. Nanti Anda akan dipersilakan untuk melihat dekor katering dan tes rasa, meskipun Anda bukan tamu undangan, hehehe. Jadi Anda tahu benar, oh begini toh hasil kerjanya.

Dan sekali lagi jangan lupakan tamu undangan yang harus menempuh jarak yang jauh untuk datang di pernikahan Anda. Bekali mereka dengan logistik. Jadi berangkat kenyang, datang kenyang, pulang pun kenyang. Hihihi.

MC

Pakai jasa mereka yang sudah terbiasa menjadi MC untuk acara pernikahan. Kata kuncinya yang pertama adalah, sudah terbiasa. Kedua, sudah terbiasa di acara pernikahan. Seringkali orang bilang, "Ah, saya mau pakai jasa teman saya saja ah, yang murah bahkan gratis, dia pintar public speaking dan biasa ngemsi kok." Boleh saja. Tapi eits, lihat dulu dia biasa ngemsi di acara apa. Nggak lucu kan, kalau acara pernikahan dibawakan oleh MC dengan gaya seorang komentator pertandingan sepak bola?

Pembaca Al-Quran

Nah kalau ini boleh lah jawil teman sendiri. Nggak perlu seorang juara MTQ juga kan? Hehe.

Entertainment

Hiburan di acara pernikahan yang lazim adalah organ tunggal. Bisa juga band, tapi dilihat dulu kondisi gedung dan kapasitas tamu, bisa jadi band-nya nanti terlalu berisik sehingga mengurangi kesyahduan acara. Jika pihak entertainment tersebut menerima daftar request lagu, itu lebih baik. Jadi dari awal kita sudah membuat daftar lagu apa yang sebaiknya mereka bawakan. Pernah lho saya menghadiri resepsi pernikahan teman dengan lagu 'Someone Like You'nya Adele berkumandang. Whoa. Oh ya, jika keluarga kedua calon pengantin semuanya muslim, demikian juga dengan sebagian besar tamu undangan, jangan ragu untuk meminta sang biduan untuk mengenakan baju yang tertutup. Biar tidak saltum.

Fotografer

Carilah fotografer sesuai dengan keinginan calon pengantin, atau sesuai tema acaranya. Jika tema acaranya pesta kebun dan banyak dihadiri keluarga maupun kolega yang masih muda-muda, tentu saja tidak lucu kalau fotografer yang dipilih punya style jadul: pengantin berdiri diam diapit tamu undangan. Yang jelas, pilihlah fotografer yang pandai menangkap momen keceriaan dalam acara Anda, sehingga acara yang bisa jadi tidak terlalu mewah, dapat terlihat meriah begitu tertangkap dalam megapiksel.

Oh ya, tanyakan juga apakah fotografer Anda bisa membuat wedding clip yang lucu-lucu. Lumayan kan nanti bisa diupload di Youtube dan Anda berdua menjadi the famous couple. Yippi!

Foto prewedding

Kami berdua tidak melakukan sesi pemotretan prewedding. Kenapa? Karena kami sudah ada banyak sekali dokumentasi berdua di berbagai tempat dan acara. Lagipula, kami tipe orang yang lebih suka semuanya terlihat natural, jadi foto-foto yang kami tampilkan di slideshow nanti ya sebatas dokumentasi yang kami miliki saja. Tidak ada pakai baju bagus dengan gaya yang sudah diatur dan makeup tebal. Tergantung selera masing-masing pasangan saja.

Mobil pengiring pengantin

Kok mobil pengiring pengantin? Ya kalau mobil pengantin kan sudah jelas yang menaiki adalah pengantin (haha). Disini yang dimaksud adalah mobil yang memuat keluarga dan panitia dari rumah menuju tempat acara di gedung. Kenapa penting? Karena sebagian orang menghendaki akad dan resepsi dilaksanakan dalam satu hari. Akad di rumah, dan resepsi di gedung. Untuk mempersingkat waktu, sebaiknya sebelum hari H sudah ditentukan siapa naik mobil yang mana. Jadi begitu tiba waktunya berangkat ke gedung sudah langsung plek plek plek. Nggak ada lagi deh, "Eh kamu naik mobil depan aja, sini penuh!" "Eh kamu nyusul aja deh nanti dijemput, sudah nggak ada tempat!" belum lagi, "Aduh aku yang depan dong, aku mabuk kendaraan nih!" Hahaha.

Pengiring pengantin

Lagi-lagi ini untuk pengantin yang 'kejar tayang' (akad dan resepsi dilaksanakan satu hari). Sebaiknya sudah ditentukan sebelum hari H, ketika mau masuk ke gedung resepsi, di belakang pengantin siapa saja urutannya. Biar tidak saling tunjuk atau saling mempersilakan, dan langsung cepat memposisikan diri. Hal-hal seperti ini tampaknya remeh lho, tapi pada kenyataannya sangat penting karena berhubungan dengan ketepatan waktu.

Penjaga buku tamu

Tiap pos buku tamu ada 3 orang yang berjaga (dan didandani secantik mungkin pastinya). Tugasnya adalah mempersilakan tamu untuk menulis nama, menyerahkan suvenir, dan menjaga kotak amal...eh, kotak angpau. Yang terakhir ini spesial tugasnya. Dari mulai mengawasi kotak angpau mulai dari di gedung hingga kotak angpaunya dimasukkan ke mobil dan dibawa pulang. Matanya harus jeli.

Oh ya, untuk mengurangi antrian tamu di pos buku tamu, dapat disiasati dengan memesan kartu pengganti buku tamu di desainer undangan (biasanya sudah termasuk dalam satu paket undangan). Nanti kartu tersebut biar diisi di rumah masing-masing, dan sesampainya di tempat acara para tamu tinggal menyerahkan kartu tersebut pada para bidadari cantik yang berjaga di pos ini.

Penerima tamu

Kalau di keluarga kami penerima tamunya adalah saudara-saudara yang bejibun banyaknya dari seluruh nusantara (hehe) ditambah dari panitia. Usahakan seragam untuk para penerima tamu ini senada dengan tema acara keseluruhan.

Suvenir

Saya lebih senang suvenir yang tidak hanya menjadi pajangan, jadi benda-benda seperti sendok-garpu kecil, handuk, tempat tisu, gelas, masih menjadi pilihan utama untuk menjadi suvenir karena asas kebermanfaatannya.

Serah-serahan dan maskawin (mahar)

Serah-serahan itu tergantung pada keinginan pihak mempelai pria, karena ini kan bentuk penghargaan dan rasa sayang pada pihak mempelai wanita. Sedangkan mahar itu tergantung pada keinginan pihak mempelai wanita. Meskipun pada kenyataannya, kedua aspek ini pada akhirnya dapat didiskusikan bersama.

Serah-serahan saya adalah sebagai berikut (ahem): jajan pasar, kain batik sarimbit (sepasang), baju gamis (lengkap dengan kerudung dan aksesorinya), tas, sepatu, peralatan tidur (seprai, sarung bantal dan guling, selimut), dan peralatan yang menambah kemesraan dalam rumah tangga (underwear, lingerie, dan parfum eksotik yang merangsang indera penciuman). Tidak ada make-up karena saya jarang, hampir tidak pernah berias. Tidak ada perhiasan karena saya alergi dan tidak tahan mengenakan perhiasan. Low maintenance banget lah saya ini pokoknya. Kata si Mas, "Duh dek, seandainya semua calon istri kayak kamu, pasti damailah dunia." Hehehe.

Untuk mahar, saya menginginkan uang sesuai dengan tanggal pertemuan pertama kami. Mengapa bukan tanggal pernikahan? Karena hari itu ketika saya bertemu dengannya, takdir saya berubah untuk selamanya. Aih.

Kemudian selain uang, kami sepakati bersama untuk menyertakan alat shalat dan Al-Qur'an sebagai mahar. Alat shalat, karena shalat merupakan tiang agama dan amalan pertama yang akan dihisab saat kami tiada. Menikahnya kami adalah dengan niat untuk menggenapkan separuh agama kami, dan menggenapkan yang separuhnya lagi dengan selalu mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya. Al-Qur'an, sebagai simbol bahwa apapun masalah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga kami, akan kami selesaikan dengan merujuk pada Al-Qur'an sebagai pedoman. Dan Al-Qur'an itulah yang akan kami gunakan untuk mengajari anak-anak kami mengaji nantinya.

Persyaratan pernikahan

Ini yang paling penting. Ternyata mengurus dokumen persyaratan menikah jauh lebih gampang daripada mengurus persyaratan beasiswa atau S2, hahaha. Pantesan banyak orang yang jauh lebih semangat menikah daripada melanjutkan studi, hehehe.

Dokumen persyaratan menikah bagi calon mempelai pria antara lain: surat permohononan pindah nikah/numpang nikah dari Desa setempat dilampiri blangko model N1 - N5 (karena saya dan si Mas beda kecamatan...bahkan beda provinsi, hehehe), rekomendasi dari KUA setempat, fotopi KK dan KTP, pas foto berwarna 2x3 sebanyak 7 lembar, foto kopi akta kelahiran dan/atau ijazah, dan surat keterangan sehat dari dokter Pemerintah atau Puskesmas. Berhubung si Mas jejaka jadi tidak usah melampirkan surat cerai. Dan berhubung si Mas bukan anggota TNI atau POLRI jadi tidak usah melampirkan surat ijin nikah dari kesatuan.

Sementara dokumen persyaratan menikah bagi calon mempelai wanita antara lain: surat keterangan sehat dari dokter Pemerintah atau Puskesmas, fotokopi KK dan KTP, pas foto berwarna 2x3 sebanyak 7 lembar, fotokopi akta kelahiran dan/atau ijazah, fotokopi surat nikah orangtua, surat pengantar dari RT setempat, dan surat keterangan nikah dari Desa. Berhubung saya tinggal dan diasuh oleh orangtua sendiri, jadi saya tidak perlu melampirkan fotokopi akta kelahiran wali. Juga berhubung saya masih perawan tingting, saya tidak perlu melampirkan surat cerai.

Dokumen tersebut diserahkan kepada penghulu paling lambat 15 hari sebelum pelaksanaan nikah.

Demikian checklist pernikahan yang kami susun berikut uraian singkatnya. Mohon doa restu untuk pernikahan kami. Dan semoga checklist di atas dapat membantu Anda mewujudkan pernikahan yang didamba-dambakan!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun