Mohon tunggu...
Bang Bewok
Bang Bewok Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kurang tidur tapi banyak mimpi

Kurang tidur tapi banyak mimpi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Burung Hantu Sesungguhnya adalah Sahabat Petani

23 April 2020   01:39 Diperbarui: 23 April 2020   02:31 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti seseram dengan nama dan bentuknya. Ternyata burung hantu adalah burung sahabat petani. Kenapa dikatakan demikian karena burung hantu adalah predator alami bagi tukus tikus sawah. Burung hantu ini adalah hean predator yang memangsa tikus dalam jumlah yang sangat banyak. Seperti yang kita ketahui tikus adalah hama yang dapat merusak padi atau kebun para petani.

Hingga saat ini tikus masih menjadi hama para petani yang sangat merugikan, telah berbagai cara dilakukan para petani agar bisa terhindar dari serangan hama tikus seperti dengan melakukan gerakan bersama secara terorganisir. Namun cara ini terkadang tidak efektif dikarenakan faktor cuaca dan luasnya pertanian. Sehingga masih banyak tikus-tikus yang merusak ladang para petani. 

Di desa saya sendiri tahun ini para petani terpaksa gagal panen karena ladang sawah semuanya habis di rusak tikus, tentunya hal ini sangat merugikan para petani. Selain gagal panen petani juga dirugikan karena modal untuk mengolah sawah tidak bisa menghasilkan karena tanaman sawah semua rusak dimakan tikus.

Berbagai cara telah dilakukan baik itu dari para petani sendiri dan juga pihak pemerintahan desa yang bergotong royong untuk mengusir hama tikus yang jumlahnya sangat banyak. Namun hal ini tidak membuahkan hasil karena sawah-sawah petani hampir semuanya dirusak tikus. Namun dibalik gagal panennya petani di desa saya ada hal unik yang baru saya ketahui yaitu mengenai burung hantu.

Burung Hantu Yang Identik Dengan Kematian Sesungguhnya Sahabat Petani

Hampir 90 % pesawahan di desa tempat tinggal saya gagal panen karena ladang padi rusak di makan hama tikus, namun ada hal menarik yang saya temukan di beberapa sawah yang berada di belakang rumahku. Yah kebetulan rumah saya berada didesa yang dekat dengan sawah. Dan dibelakang rumah saya merupakan area pesawahan.

Dari 10% sawah yang tidak terkena hama tikus berada di area pesawahan belakang rumah saya. Dan saya pun heran kenapa kok sini aman dari serangan hama tikus. Ternyata rasa penasranku terjawab setelah saya melihat bangkai tulang tikus dalam jumlah yang sangat banyak berada di bawah pohon besar dekat rumah saya.

Ternyata di pohon tersebut terdapat sarang burung hantu yang selama ini menjadi predator tikus alami. Burung hantu ini tentunya sangat membantu karena mengurangi jumlah hama tikus yang merusak ladang para petani. Namun sayangnya karena didesa saya masih kental dengan adat istiadat dann mitos, burung hantu ini selalu di buru masyarakat karena konon burung hantu ini merupakan simbol kematian.

Banyak mitos burung hantu yang masih di percayai masyarkat di desa saya, mulai dari burung hantu membawa roh mahluk asral, burung hantu petanda kabar duka, dan mitos lainnya. Sehingga setiap masyarakat melihat burung hantu maka mereka ramai-ramai meburunya untuk dibunuh. Padahal jika dilihat dari fakta yang sesungguhnya burung hantu ini adalah hewan preador pemangsa tikus yang sangat membantu para petani.

Namun di era yang sudah melek informasi ini sudah banyak masyarakat yang sadar dan mengerti betapa pentingnya burung hantu dalam ekosistem terutama di pesawahan untuk mengendalikan hama tikus yang merusak sawah para petani.

Nah itulah sedikit serita dari saya mengenai burung hantu adalah sahabat petani. Semoga apa yang telah saya ceritakan disini menjadi pembelajaran dan semoga bisa bermanfaat untuk para pembaca kompasiana.com. Terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun