Dengan belingsatan, kemudian bergegaslah Pak Supono meminta ijin pada atasannya untuk pulang cepat dengan menceritakan kondisi istrinya. Pakai pasang tampang melas segala. Untunglah atasan Pak Supono amat peduli pada persoalan pribadi macam begini. Lagipula, Pak Supono memang terkenal loyal dan selalu memprioritaskan urusan pekerjaan, meskipun di luar jam kerjanya. Walhasil, atasannya itu pun langsung berkata, "Segera jemput bini Lu, nanti keburu kenapa-kenapa."
Dalam perjalanan pulang, di atas sepeda motornya, dibayangkannyalah wajah Bu Maryam. Dikenangkannya kembali ketika beberapa hari ini wajahnya makin pucat karena begadang di depan laptop dengan seabrek tugas. Mesti juga menenangkan Si Kecil dengan membuka daster dan menyorongkan nenen pada mulut bayinya itu, belum lagi kalau Pak Supono juga ikutan pengen. Bu Maryam mesti juga mencuci baju setiap weekend, meskipun Pak Supono ikut berbagi jatah ngejemur dan cuci piring. Juga dibayangkannya wajah Bu Maryam tiap menyiapkan segala sesuatu yang hendak dibawanya mengajar, setrika baju pagi buta, juga kecupan pada kening Si Kecil ketika berangkat ke sekolah.
Beberapa kali diklakson kendaraan lain, sejenak Pak Supono memutuskan menepi di kiri jalan. Diambilnya ponsel kemudian menelepon istrinya,Â
"Jangan mati dulu, anak kita masih terlalu kecil. Saya tidak ingin cari ibu baru buat Si Tole, tunggulah, kira-kira saya sampai satu jam lagi!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H