"Bukan begini, Bambang! Kembalikan sahaya pada tidur panjang sahaya. Bukaaan. Bukan ini yang Sahaya maksud!! Tidak!!!!"
...
Tidak sia-sia Bambang ngelmu. Semenjak sang istri mati ia sibuk bertapa ke gunung-gunung. Ia harus belajar ilmu menghidupkan orang mati. Seperti film yang ditontonnya dulu, malam satu suro dan Suketi yang terkenal dapat ditundukkan itu. Ilmu itu memang benar adanya.Â
Ia sudah bertahun-tahun gonta-ganti guru untuk belajar ilmu hitam tersebut. Dan akhirnya ia paripurna. Sudah siap menggunakan ilmunya.
Bukan. Bukan ingin menghidupkan istrinya yang telah lama mati. Ia harus bijak menggunakan ilmu ini. Sebab, menurut gurunya, dia hanya dapat membangkitkan seorang saja.
Istri buatnya gampang dicari, tapi, hal yang lebih penting adalah hal ini. Maka, malam itu juga, ia menuju makam seorang luar biasa di kota R. Makam perempuan yang terlalu dikaguminya sedari mengenalnya di buku sejarah pada bangku sekolah dasar.
Ia menyewa mobil pribadi menuju makam terkenal itu. Menyusup, dan tibalah ia di belakang makam tanpa satupun penjaga tahu. Maka dikeluarkannya sesaji-sesaji yang sudah disiapkannya sebelumnya. Asap menyan  mengepul, mantra-mantra dirapal. Mata Bambang melotot sambil menghunus keris.
"Bangkitlah Tini! Bangkit! Bangkit!"
Makam terbuka. Kilatan putih merah menghantam-hantam di sana-sini. Geger penjaga makam berteriak-teriak sambil berlari menuju lokasi, tapi tidak ada apa-apa di sana.
Jasad perempuan itu diangkut di pundaknya. Di bukanya pintu dan didudukkannya di bangku samping, kemudian dihidupkannya mobil. Dan pergi ke kota J tempatnya tinggal.
"Siapakah gerangan Tuan?
 "Di mana ini? Mau dibawa ke mana..." Tanya perempuan yang kini telah berkebaya lengkap dengan sanggul khasnya.
"Hubungan kita? Tidak ada."