Zaman dulu orang masuk pesantren identik dengan anak nakal, saking nakal nya si anak tersebut maka oleh orang tua nya dimasukkan ke pesantren, atau pesantren hanya diisi oleh segelincir orang-orang yang memang minat dengan ilmu agama. Walaupun pesantren memang lebih dulu ada sebelum adanya sekola-sekolah, namun pesantren dianggap belum memenuhi kebutuhan masyarakat, mungkin Karena yang diunggulkan hanya dari aspek moral dan sepiritual saja, berbeda dengan sekolah-sekolah yang ada setelah pesantren, yang mengunggulkan aspek intelektual dan profesional. Dengan demikian banyak orang menganggap pesantren adalah tempat pendidikan yang terbelakang.
Saya teringat dengan perkataan Imam Syafii “Barangsiapa yang menghendaki dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki akhirat, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki keduanya, maka hendaknya dengan ilmu.” itulah katakata yang selalu memotivasi saya selama hidup 7 tahun di pondok pesantren. Kalo kita fikirfikir, pesantren ternyata bisa kita artikan sebagai miniatur kehidupan, yang didalam nya ada kyai, ada jajaran asatidz sebagai pembantu kyai, ada osis sebagai penggerak para santri, mereka semua digembleng dalam satu wadah islam bernama pesantren. Nilai moral dan sepiritual sebenarnya adalah inti dari kehidupan ini, dengan itu anak didik akan tumbuh berkarakter dan berperilaku baik.
Di pesantren diajarkan ilmu-ilmu agama yang utuh bersumber dari al quran dan hadis, dikuatkan dengan tradisi kemandirian, kebersamaan, keikhlasan dan penghargaan terhadap ilmuan yaitu para kyai. Tidak cukup itu, saat ini banyak sekali pesantren juga mengedepankan pendidikan umum sehingga unggul secara intelektual dan juga keagamaan nya. mereka juga diarahkan ke minat bakatnya masing-masing, ada pengembangan soft skill dan lain sebagainya, yang diharapkan dapat mengantarkan para peserta didik meraih tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu mengembangkan potensi diri dan menjadi manusia seutuhnya.
Lain halnya dengan sekolah-sekolah umum yang mana mereka lebih mengutamakan nilai intelektual, sosial dan profesional, sehingga tak jarang dari mereka keliru dalam orientasi pendidikan. Maka ketika Pesantren disebut sebagai pendidikan yg terbelakang hanya karena tidak ada pelajaran-pelajaran umum, itu sangat tidak logis. sekarang banyak sekali pesantren yang juga mengedepankan aspek keilmuan dan juga profesional.
Salah satu contoh nyata adalah Pesantren Gontor Ponorogo yang sudah memiliki berbagai cabang, banyak lulusan-lulusan nya yang menjadi tokoh besar bagi bangsa ini, tidak hanya itu banyak sekali lulusan pesantren yang bisa melanjutkan studinya ke berbagai negara-negara maju. Pesantren sebagai alternatif pendidikan ideal juga terjawab dengan banyaknya orang tua sekarang yang menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren. dengan harapan kelak mereka akan menjadi manusia yang ideal sukses di dunia dan sukses juga di akhirat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI