Mohon tunggu...
ude
ude Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

With my blue sandal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hijrah Ke Belo Horizonte (Kota Indah di Bawah Horizon) Brazil

18 September 2014   02:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

This is me, about Me, and People around......... Tulisan pertamaku. Hijrah adalah kata yang kuat. Hijrah sangat diperlukan dalam hidup, Nggak Percaya?   some years ago when i join an enterpreuner event at my hometown, seorang mentor kami menjelaskan tentang ilmu Iqra' dan Hijrah. Sebuah pengalaman agung yang bagi kita (muslim) langsung kita dapat dari Rasulullah SAW. I'll posting about this later. Intinya saya hijrah, ke sebuah lempeng benua lain yang jauhhhhh dari tanah kelahiran saya. Belo Horizonte, sebuah kota yang terletak di pegunungan (tanpa gunung berapi), sebuah kota modern dengan jalan-jalan tertata rapi yang jika di lihat dari peta tampak seperti irisan mangga. Perjalanan ini dimulai dengan mulurnya waktu untukku, sebuah hari dengan waktu 34 jam. Penerbangan dari Jakarta-Sao Paulo-Belo Horizonte hanya memakan waktu satu hari, pada pagi jum'at dini hari 00.20 WIB di jakarta hingga sampai kota ini Jum'at 23.40 waktu setempat.

Parque Municipal

Brazil adalah negara dengan penduduk mayoritas kristiani, pecinta pisang, singkong, buah acai (kedai-kedai acai selalu penuh orang), dan tentu saja feijao, jenis kacang-kacangan seperti kacang merah yang akan dimasak dengan pressure pan serta disantap dengan nasi dan lauk pauk. Belo Horizonte adalah Ibu Kota dari State minas Gerais dan dibagi menjadi beberapa wilayah, zona centro, leste, nordeste, oeste, bairreiro, Venda Lima, Norte, Norroeste dan Pampulha (bc: Palpulya). Brazil cinta mati bahasa Portugis, secara bangsa portugislah yang datang ke brazil dan melakukan pendudukan long time ago. Wilayah Amerika latin sendiri dulunya adalah kue-kue yang dibagi-bagi oleh bangsa-bangsa pendatang dan bahasa mereka menjadi bahasa nomor 1 di negara masing-masing. Seperti Brazil yang berbahasa Portugis sepanjang tahun, Argentina juga medok bahasa spanyol. Meski bertetangga, sangat jarang orang Brazil mengerti bahasa Spanyol. Apalagi yang tidak bertetangga seperti inggris. iffff sorry, who are you? Bertahan hidup dengan hanya mengandalkan bahasa Inggris di Brazil adalah sangat tidak mungkin. Aku perlu keluar ke taman selama hampir dua minggu untuk bertemu seorang yang bisa berbahasa inggris dan beliau bukan native brasileiras. Beliau japanesse. ihhhh Tinggal di negara yang jauh dari tanah kelahiran artinya sudah siap puasa makan bakso, opor ayam, daun singkong, tahu-tempe, kering, ayam bakar ala Indonesia buanget, sambal. duuuhh, disini nggak ada kecap. Meski ada ribuan macam halangan yang membuatku terus kangen Indonesia (minggu-minggu awal disini benar-benar berat, suhu udara yang dingin, untung bukan salju, jenis makanan yang berbeda, meski masih makan nasi, bumbunya itu looo jauuuuh dari bumbu-bumbu kita orang Indonesia), ada berbagai macam hal indah dan baru untukku, tentang tata kotanya, kebaikan warganya, ini berhubungan dengan tanaman peneduh jalan yang kebanyakan adalah pohon mangga dan isian kolam di taman kota yang adalah ikan nila (gede-gede buangggget) dan keberadaan mereka aman tentram.

Telah dipublish juga disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun