Mohon tunggu...
ude
ude Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

With my blue sandal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengisi Waktu dengan Merajut

19 Oktober 2014   05:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:31 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_348481" align="alignleft" width="187" caption="Dompet Rajut"][/caption]

Iya merajut. Katanya merajut itu khusus buat orang tua, yang sudah nenek-nenek gitu dan mereka merajut buat hadiah untuk anak cucu. Tapi toh nggak mesti menunggu tua buat belajar merajut lah ya. Jadi ceritanya aku bisa merajut itu tahun lalu, seseorang membawa keahlian ini dari kampungnya nan jauh di mato, hanya pikiran saya saja yang mampu menjangkaunya. Beliau mengajari kami sekosan buat merajut, karena saat itu beliau cuma bisa buat tas dengan satu bentuk (kerang) dan bunga bulat-bulat jadilah anak sekos punya tas model kerang dengan berbagai warna. Saya termasuk terlambat ikut belajar, why? karena saya gengsian. Hahahaha, semua teman berkumpul di kamar nomor 1 untuk belajar, karena saya belum punya benang dan jarum (lagi nggak ber-uang pula hahah). Setelah tas temen-temen hampir jadi tuh, baru saya ikut. Buat alas tas yang
ternyata salah :D, tapi tas pertama saya berbeda dengan teman-teman, i thought kalau semua punya model tas kerang saya harus punya yang lain dong, bosan kan masa sama semuanya. Jadilah setelah mengenal tekniknya, ada rantai/chain, double chain, triple chain, dll, saya mengunduh buaaaanyak tutorial grafik di internet berharap bisa punya jenis yang lain. dan yes, akhirnya tas saya berbeda dan saya selesaikan dalam tiga hari (waktu itu benang dan jarum rajutnya masih pinjam).

Melihat saya merajut dengan cepat, teman-teman ada yang termotivasi, salah satunya beliau jadi ngebut buat tasnya tralala jadi deh, sementara tas pertama saya karena benangnya nggak cukup satu gulung, jadi sampai sekarang belum punya tali. :D

Tas kedua saya berwarna putih, dengan pita biru menggunakan benang nilon (sayangnya benangnya kecil) Habis nyari di paray itu susah sih. Sedikit berbangga, sebulan merajut saya membawa luwes kreatif (nama kosku dulu ´luwes´ berisi 18 cewek yang punya tas rajutan semuanya hahaha) ke seleksi WMM (Wirausaha Muda mandiri) oleh Bank Mandiri regional Kalimantan untuk kategori kreatif, mandek sampai disitu, ndak papa lah ya, kan masih belajar juga. Lumayan merasakan hotel keren di Banjarmasin, hotel baru pula. Sipppp

[caption id="attachment_348482" align="alignleft" width="192" caption="Bunga Mawar Rajutku"]

14136455491114316932
14136455491114316932
[/caption]

Ba´da semuanya, saya juga melirik bunga, saya bisa buat bunga kecil-kecil mirip mawar. Untuk membuat yang bulet-bulet kayak temen-temen (saya itu benar-benar pembosan, karena harus buat rantai panjang dulu, dll dll) suka yang praktis, cepat, dan tralaala jadi gitu. Pernah mencoba juga buat yang bulet itu, jadi besar nggak ketulungan, bagus kata kakakku, sebagai pemula. Pulang kampung, saya bawa pulang benang-benang buanyak sekali. Ceritanya buat bros bunga, bulet-bulet, dll membuat kakak tercintaku akhirnya ngalah (lihat saya setiap hari merajut di dapur setelah selesai masak) dan akhirnya ikut belajar juga. Lumayan, beliau dan adik saya yang jualan. Saya tinggal buat. Saya itu sungguh pemalu sangat kalau jual-jual gitu. Adek saya yang patut di acungi jempol kalau soal marketing padahal dia baru SMP, kelas 2.

[caption id="attachment_348483" align="alignleft" width="156" caption="Tas rajut ku- masih simple dan sederhana sekali"]

1413645860235972209
1413645860235972209
[/caption]

Nah, ketika pindah ke Brazil saya tinggalkan semua benang dan teman-temannya di rumah. warisan buat adek sama kakak saya, kan terlalu repot bawanya. Suami saya membelikan benang untuk saya mengisi waktu di rumah sambil belajar bahasa. Tas biru itulah hasil karya saya yang pertama disini setelah bunga-bunga kecil yang penginnya saya bagi-bagikan ke teman-teman masjid, habis itu mogok buatnya karena nggak nemu jarum bros yang kayak di Indonesia itu :) Kata partner saya, tasnya keren. Jual aja, buat beli benang lagi, hahahaha. mau sih, tapi tunggu internet lancar lagi ya, buat pasang iklannya. :) Saya juga sedang buat lagi nih, pengennya bisa buat topi sama kaos kaki juga. O ya, aku juga pernah buat syal yang sederhana sekali menggunakan wol sisa aku main-main buat figura sama huruf-huruf di dinding.

Merajut itu asyik kok, meskipun betul perlu waktu. Pas saya studi dulu, biasanya kalau sedang bosan belajar dan jenuh larinya ke merajut, daripada kumpul-kumpul bareng temen-temen yang ujung-ujungnya nge-gosip, hehehehe. Pun kalau sedang insomnia, mikirin tugas dan belum punya ide buat ngerjakannya. Trus merajut juga nggak melulu cewek yang mesti ngejalaninya. Tahukan anda bahwa rekor dunia untuk merajut terpanjang sambil lari di berikan pada seorang laki-laki?

Kalau tasku ini berhasil terjual, pengennya beli pupuk buat bertanam sayur hidroponik, kemarin ada baca-baca buku prakarya hasil download di bse kemendikbud, ada cara bertanam hidroponik yang meenurutku mudah dan murah. Terlepas bahwa semua buku bse kurikulum baru ini terlihat jelas di buat tergesa-gesa, tapi lumayan loo isinya. Salut.

Kok jadi melebar kemana-mana ya?
Sudah ku posting di blogku, umiayyash.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun