Meskipun seringkali diabaikan dalam pembelajaran bahasa formal, pragmatik memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk komunikasi yang efektif. Banyak orang hanya fokus pada tata bahasa dan kosakata dalam berbahasa, padahal elemen pragmatik seperti konteks situasional, peran sosial, dan maksud tersembunyi di balik ucapan seringkali menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu komunikasi. Misalnya, dalam suatu percakapan, sebuah kalimat bisa memiliki makna yang berbeda-beda tergantung pada siapa yang berbicara, kepada siapa, dan dalam situasi apa. Inilah yang disebut sebagai makna implisit, yang hanya bisa dipahami jika seseorang dalam konteks sosial dan budaya dari pembicaraan tersebut.
Dalam dunia pendidikan, banyak siswa yang diajarkan tentang struktur bahasa, tetapi tidak cukup dibekali dengan keterampilan pragmatik yang sebenarnya lebih banyak mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain di luar ruang kelas. Misalnya, kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan hierarki sosial, Seperti cara berbicara dengan atasan atau teman sebaya, sangat bergantung pada pemahaman pragmatik. dalam kehidupan sehari-hari, ketidaktahuan atau ketidakmampuan untuk membaca konteks ini dapat menyebabkan kesalahpahaman yang merugikan, baik di lingkungan profesional maupun personal.
Lebih dari itu, pragmatik juga membantu kita dalam menyaring informasi yang relevan dan menghindari komunikasi yang bertele-tele atau tidak efektif. Dengan mempraktikkan pendekatan pragmatik, kita bukan hanya sekedar berbicara, tetapi juga mengelola maksud dan tujuan pembicaraan secara lebih tepat sasaran. Jadi, memahami pragmatik bukan hanya penting untuk menghindari kesalahan komunikasi, tetapi juga untuk mengoptimalkan interaksi sosial yang lebih bermakna dan sesuai dengan harapan pihak-pihak yang terlibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H