Pernah juga suatu hari, aku terkejut mendapati pintu kamarku dengan kasar di hentak, kemudian masuk si ayah, dengan mata sembab, langsung saja meremasku dan menangis terisak-isak di leherku
Tangisnya begitu pilu berisyaratkan rindu kepada sesuatu
Aku biarkan dia meninjuku beberapa kali untuk meluapkan emosi kehilangannya
Dan juga ada suatu malam, di kala dia berjalan sempoyongan ke arah ku, terhuyung kemudian terjatuh sambil memeluk aku
Dari nafasnya dapat ku cium aroma alkohol
Hmm, dia mabuk dan meracau
Mungkin dia begitu mual, hingga tak sadar muntah di atas dadaku
Tak apa
Oh iya, si bocah mulai jarang berkunjung
Dititipkan di rumah neneknya, aku terkadang rindu juga pada tangan kecilnya yang tulus menyentuhku, bibir mungilnya yang hangat menciumiku, atau bau ompolnya
Tapi itu semua dulu, duluuu sekali