Kau tau?
Ada banyak kisah yang aku pendam sendiri. Yah, bagaimana lagi? Tak ada lagi tempat untuk ku berbagi selain dengan Tuhanku.
Kamu? Ahh, bila kau menghadapiku, kau bisa seperti cenayang, kok. Aku mudah ditebak, bahkan, amat sangat mudah untukmu.
Aku bingung, kenapa aku tak seperti orang lain. Yang meluapkan kekesalannya dengan makan porsi super duper jumbo. Kalo ga berakhir di tempat tidur, ya di kamar mandi. Setoran sama ikan mujaer.
Kenapa yang ada di diriku bila emosi dan tak bisa aku keluarkan, suhu tubuhku pasti akan memuncak. Kaya gunung yang statusnya ‘waspada’. Bedanya denganku, aku ga akan ngeluarin lava. Palingan cuma banjir di pelupuk mata trus ninggalin bengkak kaya abis ditonjok bogem super.
Aku tau kok, ini tulisan gaje. Tapi, yaaaaahh, beginilah bila ku tak bisa ungkapkan dengan mulut. Keyboard laptop pun harus siap-siap rusak untuk yang kesekian kalinya. Karena aku terlalu bersemangat menekan tutsnya. Bahkan ingin aku lahap!
Hhhh... boleh aku menunduk sejenak? Memandang jariku, memastikan masih tetap utuh 10 jari?
Dan aku akan berpura-pura sibuk dengan jemariku. Entah berpura-pura berhitung atau membersihkan kuku, yang penting aku menunduk sibuk memainkan jemariku!
Ini ceritaku, tak ada sedikitpun semangat, kan? Memang...
Malam ini, aku kehilangan semangat. Padahal besok mapel ujian sekolah hafalan semua. Huwaaaaaa~ ya ya ya... mungkin, bila memang aku harus belajar dewasa dari rasa sakit, itu baik kan? Iya kaann? Dukung aku, dong!
Hhh.. STOP!! Ga usah di perpanjang lagi cerita ini. Orang ga akan minat bahkan melirikpun enggan bila aku lemas seperti ini. Mirip kerupuk disiram air panas, nyeeess.
Kamu pun, mungkin akan malas membuka file ini.
Purwokerto,
Di kamar tercinta,
21 Maret 2014, 19.13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H