Beberapa waktu lalu kami melakukan perjalanan panjang menuju kampung halaman. Berangkat dari jakarta, melintasi pantura sampai akhirnya tiba  juga kami di Ngawi yang kami cinta. Ya, krn ada bbrp kota yg kami cinta  jd tak ada yg tercinta.hehe
Sepanjang perjalanan si sulung mengeluh knp kami tdk sampai2. Pak sopir pun tidak jauh berbeda.
Kami tidak bisa membayangkan, bagaimana jalan yang sangat panjang itu dulu dibebaskan? Melaluinya saja sungguh membuat pegal!
Hei jiwa-jiwa pengagum kebebasan, bersyukurlah...
Alangkah beruntungnya engkau
Terlahir dg selamat, di atas tanah yang sudah bebas dr penjajahan
Krn klo tidak bisa saja engkau...
Harus mengangkat cangkul dan menyibak semak belukar dari anyer sampai panarukan
Mungkin engkau akan selamat
Mungkin juga engkau mati dijalan meninggalkan keluarga yang entah kaupun tak tau nasibnya
Harus menanam tanaman dan aneka hasil pertanian
Alih2 bisa kau petik untuk sanak saudara
Yg ada kau harus menyerahkannya sbg upeti tuk kaum durjana
Dan jangan bayangkan romusha dan kerja rodi itu dapat gaji
Yang ada engkau akan disambut cemeti kala engkau lelet meski sekali
Beruntungnya engkau..
Bisa ungkang2 kaki menikmati hari
Sementara mereka yg sdh berkorban jiwa raga
Mungkin skrg sudah mati
Atau yg masih hidup terkatung2 hidupnya tanpa belas kasih
Sungguh di dalam kalbunya
Ada ikhlas yang menyeruak
Semua demi anak cucunya
Agar tak bernasib sama dg mereka
Pun apa daya
Kita tenggelam dalam kedurhakaan kita
Dalam kepongahan tak tahu terima kasih