Somad memutar balik sepedanya, teriakanku sampai ke telinganya ternyata. Aku masih ngos-ngosan, lumayan juga bermandi keringat di pagi hari. Kebetulan sekali bertemu dengannya di taman kota, baru kutau ternyata ia juga seorang bikers.
"Bagaimana kelanjutannya? Sudah dapat buktinya?" tembakku langsung.
"Belum, masih dalam proses," jawabnya singkat.
Somad ini teman kuliahku sekaligus mahasiswa terbaik di kampus dulu. Itulah yang membawanya bekerja di perusahaan ayahku. Ayah menaruh curiga terhadap beberapa karyawannya lantaran beberapa bulan terakhir perusahaan defisit.
"Ingat ya janjimu, 6 bulan tak bisa bongkar sindikat itu dan beri keuntungan buat perusahaan ayah, kau akan mengundurkan diri." kataku padanya memutar kembali rekaman ucapannya 7 bulan silam.
Dia hanya terunduk dalam diam. Sebenarnya aku berharap banyak padanya. Tapi alih-alih menjadikan usaha untung, yang ada malah buntung.
Tapi aku masih berharap semoga memang benar ia masih dalam proses. Kalau dalam 2 bulan ke depan tak ada perubahan, aku tak tahu lagi harus berbuat apa. Di bawah pohon yang rindang, pandanganku menerawang ke dalam botol air mineral yang kosong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H