Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran media sebesar SPUMC sangat mempengaruhi aktivitas dan konsumsi masyarakat dunia khususnya di Indonesia. sejalan dengan penjelasan Debord tadi, komoditas disini berupa sebuah film yang diterbitkan oleh Marvel Studios yang telah mampu menguasai berbagai bidang kehidupan manusia, seperti ekonomi, sosial dan budaya. Akibatnya, masyarakat menjadi konsumtif dan belomba-lomba mengikuti trend "menonton di bioskop". Salah satu contoh nyata dari society of the spectacle ini adalah, bersumber dari Liputan6.com (20/12/2021) bahwa salah satu video yang bersumber dari TikTok @2ndnya2ndson, Sabtu (18/12/2021) yang menceritakan perjalanannya untuk menonton film Spider-Man: No Way Home.
Pria tersebut rela terbang menggunakan pesawat terbang sejauh 473 kilometer dari Timika ke Jayapura demi menonton film tersebut. Dikarenakan, di tempat tinggalnya yang berada di Timika, Papua tidak ada bioskop. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tidak semua daerah di Indonesia memiliki bioskop dan hal itulah yang membuat pria tersebut harus pergi ke kota lain untuk menyaksikan aksi manusia laba-laba yang diperankan oleh Tom Holland tersebut. Akhirnya pria itu berhasil menikmati setiap adegan film Spider-Man: No Way Home di salah satu bioskop di Jayapura.
Berdasarkan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa media seringkali berfungsi sebagai alat produksi (means of production) dalam masyarakat kapitalis yang kepemilikannya berada pada kelas pengusaha yaitu SPUMC dalam pembahasan kali ini. Selain itu, media juga berperan dalam menciptakan kesadaran palsu atau false consciousness di masyarakat. Kaitannya dalam konteks budaya konsumsi atau masyarakat konsumer adalah ketika masyarakat tidak segan untuk berkorban dan mengeluarkan usaha yang lebih, baik dari segi waktu, tenaga dan materi demi memenuhi apa yang ditunjukkan oleh media.
Dalam sumber lain berpendapat bahwa, spectacle tidak bisa dipahami hanya sebagai sebuah tipuan visual yang dihasilkan teknologi media massa atau hanya sebagai dekorasi ataupun sesuatu yang trivial (remeh) di dalam masyarakat, ia justru hadir sebagai jantung bagi masyarakat itu sendiri, bahkan mengepidemikan model-model kehidupan sosial yang dianggap ideal. Dalam pemikiran ini, spectacle kemudian muncul sebagai sebuah tanda berkembangnya ekonomi pasar, atau sistem ekonomi kapitalisme, di dalam kehidupan masyarakat. Individu-individu di dalam masyarakat ini menjadi terdistorsi dari kehidupannya sendiri dan mulai mengejar nilai-nilai kehidupan yang dilandaskan pada konsumsi.
Daftar Pustaka
Wijanarko, Rio. Dkk. 2020. Spectacle Society Situasionisme Guy Debord: Teori Dan Praktik. Bali: Universitas Udayana
Aji, Fajar Bayu dan Naupal Asnawi. 2020. "Refleksi Kritis atas Degradasi Autentisitas Masyarakat Media" dalam Jurnal Komunikasi Volume 14, Nomor 2. Depok: Universitas Indonesia
https://hot.liputan6.com/read/4807131/pria-ini-rela-terbang-473-km-dengan-pesawat-demi-nonton-spider-man-no-way-home di akses pada tanggal 28 DesemberÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H