Masyarakat saat ini tidak dapat dipisahkan dengan istilah "kekinian" yang dapat diartikan sebagai masyarakat yang haus akan informasi dan perkembangan teknologi. Salah satunya adalah media sosial. Baru-baru ini media sosial dihebohkan dengan tayangnya film Spider-Man: No Way Home yang menyebabkan maraknya masyarakat khususnya milenial berlomba-lomba agar tidak kehabisan tiket untuk menonton di bioskop. Hal tersebut erat kaitannya dengan istilah sosiologi komunikasi yaitu sebagai masyarakat tontonan atau Society Of The Spectacle.
Sebagai masyarakat tontonan, mereka ingin tetap terlihat Update dan tidak ingin ketinggalan zaman. Dibuktikan dengan banyaknya aplikasi-aplikasi media sosial yang digunakan untuk memperlihatkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat saat ini. Seperti Instagram, Youtube, Tiktok, Whatsapp dan lain sebagainya. Selain itu, dengan tersedianya bermacam aplikasi media sosial seperti sekarang, menyebabkan masyarakat menjadi masyarakat konsumer (Consumer Society).
 Salah satu contohnya adalah, di pertengahan Desember lalu masyarakat ramai membagikan kegiatannya saat menonton film Spider-Man: No Way Home di bioskop, dengan cara membuat story atau status di media sosial mereka.
 Menurut Debord (dalam Wijanarko dkk, 2020), esensi masyarakat tontonan ialah kondisi dimana komoditas telah mengokupasi atau menguasai seluruh bidang kehidupan manusia. Masyarakat tontonan mencapai puncak ilusi sebagai sebuah komunitas di mana semua manusia dianggap telah mencapai "pemenuhan total" melalui konsumsi barang-barang yang dikomodifikasi.Â
Debord mendeskripsikan istilah tontonan sebagai "refleksi visual" dari rezim ekonomi pasar. Ketika kebutuhan ekonomi digantikan oleh kebutuhan "pembangunan" yang tak terbatas, maka kepuasan manusia atas kebutuhan primernya telah digantikan oleh penemuan kebutuhan semu nan tiada henti atau kebutuhan skunder dan tersier.
Spectacle dalam pemahaman Debord mendistorsi kehidupan individu di dalam masyarakat ke dalam sebuah kehidupan yang justru tidak menghidupinya dengan cara yang autentik. Masyarakat akan hidup di dalam upaya tiada akhir untuk mengejar bayang-bayang ideal yang seringkali disebarkan melalui media, dan kini media sosial. Semenjak dicetuskan oleh Guy Debord, istilah spectacle akan selalu saling berkaitan dengan sistem ekonomi kapitalisme. Hal ini tidak terlepas dengan bagaimana media sebagai unsur utama dari spectacle dan kemunculan atau inovasi dari media tidak akan bisa dilepaskan dari bagaimana kapitalisme berkembang di dalam masyarakat.
Lantas bagaimana hubungan antara masyarakat tontonan dan masyarakat konsumer dengan tayangnya film Spider-Man: No Way Home? Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa film tersebut merupakan film yang diproduksi oleh Marvel Studios dan Sony Pictures.Â
Sony Pictures Universe of Marvel Characters (SPUMC) merupakan media waralaba Amerika Serikat dan jagat sinema yang berpusat pada serangkaian film yang diproduksi oleh Columbia Pictures dengan asosiasi bersama Marvel Entertainment (Wikipedia.org).  Tentunya media yang sangat besar dan terkenal ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat, ditambah lagi setiap perusahaan ini menayangkan sebuah film pasti akan menjadi viral dan booming, pasalnya film-film yang mereka produksi selalu mendapat feed back yang bagus dan keren.
Bersumber dari akun Twitter @bicaraboxoffice disampaikan bahwa sejak tayang pada 15 Desember 2021 hingga akhir pekan, film yang dibintangi oleh Tom Holland itu sudah meraup lebih dari 2,8 juta penonton. Angka tersebut didapat dari laporan yang dirilis oleh Sony, menyebutkan bahwa per Senin (20/12/2021) pagi, sudah terjaring 2.805.180 tiket film Spider-Man: No Way Home yang terjual di seluruh Indonesia.Â
Dari tiket yang habis terjual kurang lebih 2,8 juta penonton tersebut didapatkan nilai yang terbilang fantastis untuk pendapatan di Indonesia atas penjualan tiket film, yakni sekitar US $8,2 juta atau setara Rp117,9 miliar. Angka-angka tersebut pun masih bisa terus bertambah dan berdasarkan data sementaran ini, Spider-Man: No Way Home sudah bisa diklaim sebagai film terlaris di era pandemi.