Mohon tunggu...
Ayu Sri Darmastuti
Ayu Sri Darmastuti Mohon Tunggu... Asisten desain grafis -

membaca, opini, tersesat, rimba-belantara, malam, kopi, musik lawas, Indonesia, anak-anak, imajinasi, oil pastel, tumbuhan, biologi... dan senyuman :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perempuan Perut Bumi

10 September 2014   09:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:08 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Dari kiri Febria Ika, Iis Dewi, Shofi, Risang, Devi"][/caption] Mereka memperhatikan langit, seterik dan secerah yang diinginkan setiap orang. Namun begitu, cahaya matahari tak menembus lebat lebar daun jati. Cahaya juga tak dapat menembus lubang hitam menganga di depan mereka, sebuah lubang vertikal sedalam lebih dari tujuh puluh meter, Luweng Musuk.

Luweng Musuk adalah sebuah goa vertikal yang terletak di Kabupaten Pacitan. Tepatnya di di Dusun Luweng Songo, Desa Bomo, Kecamatan Punung. Untuk pergi ke sana, dari kota Pacitan kita menuju ke arah Solo kemudian berbelok ke arah selatan mengikuti papan petunjuk menuju goa Gong. Perjalanan dari pusat kota Pacitan memakan waktu sekitar dua setengah jam menggunakan kendaraan pribadi. Dan ketika telah sampai di perempatan menuju goa Gong, dilanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke arah barat sejauh 2 km dengan medan jalan berbatu diselingi aspal berlubang.

Tapi ini bukan cerita tentang Luweng Musuk, goa vertikal yang akan dirayapi oleh para gadis yang akan saya ceritakan. Ini adalah cerita para perempuan perut bumi. Para wanita yang mencintai gelap dan dinginnya relung bumi, mencari istana bawah tanah.

Goa memeliki pendar pesonanya sendiri. Ia menyimpan misteri adaptasi biota endemiknya yang menanggalkan kemampuan penglihatan akibat ketidakadaan cahaya serta kulit yang memucat. Goa adalah tempat bernaung ratusan kelelawar yang menhasilkan guano, pupuk berharga untuk petani berupa kotoran mamalia terbang ini. Gua juga berkilau dengan ornamen megah yang membentuk gourdyn, stalagtit, stalagmite, pillar, column dan banyak bentukan lain. Semakin ke dalam, semakin kaya misteri yang diungkapkannya.

Tapi di sana letak bahayanya, rasa penasaran. Sering dikatakan seorang penelusur harus mengetahui batas kemampuannya dan menyisakan setengah tenaga yang tersisa untuk kembali. Para penelusur ini tak hanya memiliki kemampuan fisik dan keberanian, mereka juga dibekali pengetahuan rumitnya tali-temali bersanding macam peralatan logam. Dan Universitas Negeri Malang memiliki para penelusur gua yang handal dari berbagai jurusan. Mereka tergabung dalam komunitas Mahasiswa Pecinta Alam Jonggring Salaka.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Bersiap turun"]

[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Turun vertikal luweng Musuk"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Pintu masuk Luweng"]
Pintu masuk Luweng
Pintu masuk Luweng
[/caption]

Jangan salah mengharapkan dengan segudang kemampuan, maka akan mendapati gadis-gadis ini akan berpenampilan ‘kumal’ karena biasa bergelut dengan batuan serta lumpur. Justru mereka adalah gadis-gadis cantik dan manis. Bahkan ada yang berasal dari mahasiswa seni tari.

Selain seni tari, para perempuan yang saya bicarakan ini juga berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti geografi, ekonomi, biologi, sejarah, seni rupa, fisika, keolahragaan serta pendidikan. Tentu saja, dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu, maka ilmu yang kita miliki akan bisa saling melengkapi.

Yang ingin saya sampaikan di sini adalah, seorang wanita lembut dan memiliki kecantikan luar belum tentu mereka tak memiliki keteguhan yang dimiliki lelaki. Perempuan sama tangguh, dan ini adalah salah satu wujud dari emansipasi. Ini adalah artikel yang saya simpan, dan hutang saya pada kawan-kawan perempuan pemberani yang menerjuni dunia gelap bawah tanah dan mencumbui gemerlap eksotisnya ornamen goa. Salute buat para Perempuan Perut Bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun