Mohon tunggu...
Ayu SittaDamayanti
Ayu SittaDamayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Ingin jadi manusia baik

_Berbagi Memori dalam Tulisan _

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Laut Terpagar Keserakahan

21 Januari 2025   11:38 Diperbarui: 21 Januari 2025   11:38 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: dokpri.dibuat dengan Canva)

Ibu bilang, belajarlah dari lautan yang tampak tak terbatas. Padahal ia ada batasnya.

Bukan ganasnya ombak yang kau tiru, namun bagaimana ia menyembunyikan keganasan dengan memberi ketenangan bagi jiwa-jiwa makhluk yang bernama manusia.

Manusia berumur terbatas namun memiliki keserakahan yang tak terbatas.

Ganasnya ombak rasa tak pernah puasnya sulit ditaklukan.

Jika bahkan lautan pun ia pagari, bagaimana ia lupa untuk memagari keserakahannya?

Negeri yang konon katanya memiliki sila-sila ajaib yang mampu bertahan dalam gempuran zaman, namun ternyata belum mampu menjadi pagar keserakahan bagi jiwa-jiwa rakus.

"Tidak Nak, bukan salah sila-sila" ujar Ibu.

"Salahkanlah jjiwa yang tak mengerti jika suatu saat kesabaran laut juga ada batasnya. Akan ada badai yang akan menenggelamkannya, membuatnya lenyap ditelan keserakahannya sendiri."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun