Menunggu tapi tak selamanya, daya tampungku hanya bagi para jawara pelari ulung.
Siapa cepat dia dapat menikmati ragaku yang bermandi cahaya jinggaÂ
Wajah-wajah letih menghiasi ragaku yang mereka sebut gerbong.
Seketika mereka hanyut dalam keheningan di tengah keramaian ragaku.
Terlelap dalam laju perjalanan, tenggelam dalam gadget, larut dalam obrolan keluh kesah hari berat, tawa muncul dari obrolan receh.Â
Lajuku menyusuri rel berpayung langit yang perlahan mulai redup.
Berhenti di setiap stasiun melepas hiasan jiwa kelelahan untuk melanjutkan kehidupan.
Langit semakin redup, senja perlahan pamit. Seruan menghadap Sang Pencipta mulai menggema. Pertanda satu hari berlalu lagi. Gerbongku masih menuju stasiun terakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H