Mohon tunggu...
Ayu Sintha
Ayu Sintha Mohon Tunggu... PNS -

Life for the present n future time n not living for the past.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rahasia Kecantikan Wanita Dayak Kalimantan Tengah

25 Juli 2014   03:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:18 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Dayak/Kompasiana (kompas.com/BARRY KUSUMA)

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Suku Dayak/Kompasiana (kompas.com/BARRY KUSUMA)"][/caption]

Hari ini, hampir 3 bulan saya membimbing siswa saya dalam penelitian dan karya tulis ilmiah mereka untuk mengikuti lomba tahun ini. Untuk bahan-bahannya saya benar-benar harus turut membantu siswa dalam penyebaran angket dan pencarian narasumber atau responden kami dalam penelitian ini.

Ada 3 tim penelitian kami dengan judul dan topik yang berbeda salah satunya tentang Kasai Bisa atau Pupur Basah atau Bedak Dingin. Kebetulan, ada siswa dari sekolah lain yang pernah membuat judul ini sebelumnya tapi saya keberatan dgn isi karya tulisnya karena cara pembuatan dan bahan-bahanya juga harus diteliti lebih rinci lagi. Jadi penelitian siswa saya lebih spesifik lagi dan brapa kali eksperimen mreka gagal, saya ttapi dorong mreka utk membuatnya jad suatu produk yang bisa dipasarkan.Sebetulnya saya bisa membuatnya tapi nantix jadi saya yang melakukan eksperimen dan bukan mereka.

Pada hari Rabu tanggal 19 September 2012 saya  membaca di sebuah harian lokal di kota saya tentang seorang peneliti muda yang membahas tentang “Miracle Powder Balls atau bedak atau pupur basah atau Kasai bisa”dalam bahasa lokal orang menyebutnya.

Saya bukan menyanggah informasinya tapi cuma sekedar menambahkan pengetahuan atau informasi tentang cara pembuataannya berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahun membuatnya sewaktu duduk di bangku SMU hingga perguruan tinggi.

Bahkan waktu SMU saya sempat berjualan dan punya langganan siswa dari kelas lain maupun kelas saya yang memesan “bedak dingin” ini. Cara pembuatannya sangat berbeda jika yang menggunakannya seorang gadis yang masih bujangan. Ada hari-hari tertentu dimana hari tersebut baik dalam pembuataannya yaitu hari selasa dan jumat, selain itu bahan-bahan yang dari alam harus diambil pagi-pagi sekali sebelum pukul 05.30 WIB di pagi hari.

Kebetulan bahan-bahannya ada di sekitar rumah saya tapi oleh musim kemarau warnanya kusam dan tidak cerah dan ini tidak bagus digunakan sebagai bahan bedak dingin. Ada banyak macam bedak dingin yang diolah dari berbagai bahan seperti dari batang kayu, rumput, bunga dan tanaman tertentu. Salah satunya dari kulit kayu yaitu dari batang pohon langsat ini bagus untuk menghilangkan jerawat tapi efek sampingnya muka mudah terkelupas karena kulit atau batang kayu termasuk keras jika digunakan untuk wajah yang sensitif.

Kedua adalah melalui tanaman tertentu yaitu “Antanan atau Kajalukap” dalam bahasa lokal orang menyebutnya, dicampur dengan tanaman "Cocor bebek atauUru Sambelum" dan bunga melati betina. Biasanya dalam keluarga saya terpisah dalam pembuatannya tapi oleh saya di mixing agar menjadi bedak dingin yang berkualitas. Tentu saja campurannya dengan beras yang direndam selama 3-4 hari dengan airnya yang diganti tiap hari, lalu direndam dengan bunga melati beberapa lembar supaya bau tidak sedap yang dikeluarkan dari beras berkurang jadinya. Tapi untuk praktisnya beras bisa direndam beberapa jam lalu digiling atau ditumbuk dan di ayak untuk mendapatkan butiran yang halusnya.

Kemudian semua bahan dihaluskan, kebetulan saya membuat 2 jenis bedak dingin yaitu bedak dingin kasar dan bedak dingin halus, kalau yang kasar biasanya untuk mengatasi jerawat dan mencerahkan kulit sedangkan yang halus untuk menghilangkan bekas-bekas jerawat dan menghaluskan kulit wajah. Jika yang kasar dihaluskan tanpa disaring sedangkan bedak dingin halus harus disaring dengan kain dan diletakkan dalam mangkuk atau talam yang berbentuk bulat selama beberapa jam hingga airnya terpisah dari bedaknya lalu airnya dibuang.

Bedaknya kemudian bisa di jemur jika tanpa memakai penutup kain jangan lebih dari 2 jam tapi lebih bagus lagi jika menggunakan penutup kain supaya yang menggunakannya tidak merasakan efek sampingnya di kemudian hari, karena dalam kepercayaan gadis dayak dulu kata ibu saya dijemur dengan penutup kain supaya muka kita yang menggunakannya tidak cepat keriput. Tentu saja jika sudah kering bahan tersebut lalu dicampur air sedikit dan dibentuk dalam bulatan-bulatan kecil dan dijemur kembali sampai kering jika kurang kering akan berjamur tapi jika terlalu kering sekali juga menyebabkan muka mudah terkelupas atau iritasi dan menggunakannya juga jangan lebih dari 4 hingga 5 jam karena sesudah itu harus cepat dibersihkan lagi. Pemakaiannya bisa siang maupun malam hari terserah kapan digunakannya.

Selain itu zaman ibu saya masih muda mereka harus mandi air teh atau air yang berasal dari akar-akaran kayu sehingga berwarna merah seperti teh. Ini bagus buat kulit dan menjadikannya lebih putih dan cerah.

Semoga informasi ini bermanfaat bagi yang mau mencobanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun