Mohon tunggu...
Ayu Sintha
Ayu Sintha Mohon Tunggu... PNS -

Life for the present n future time n not living for the past.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembunuhan Berlatar Belakang Misteri

20 November 2014   04:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:21 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi terjadi peristiwa pembunuhan yang menggemparkan di kota Palangkaraya. Hal ini saya ketahui dari suami saya yang pulang dari kantornya siang tadi. Bapaknya anak2 cerita kalau ada pembunuhan menimpa seorang gadis bernama Emma, seorang analisis kesehatan dan bekerja di salah satu klinik ibu dan anak atau yang lebih dikenal dengan nama Rumah Bersalin, dan bertempat tinggal di jalan G.obos 24, Palangkaraya. Suami saya dikirimi message ke inbox nya dari seorang temannya pukul 11.05, yang bekerja sebagai seorang aparat penegak hukum di kota saya.

Emma baru berusia 21 tahun dari foto yang saya lihat gadis ini cantik, berkulit putih, dan pokoknya enak dipandang mata.Bandingkan lagi dengan foto kematiannya, waduh saya sempat miris melihatnya. Kok ada yang tega membunuhnya ya? Lantai dan tembok penuh darah (bermandikan darah) dan kelihatannya si pembunuh benar2 berniat menghabisinya tanpa ada perlawanan dari si gadis. Saksinya cuma sebuah smartphone BB berwarna putih yang tergelatak disampingnya.

Pagi itu, Emma sedang di dapur  menggoreng telur. Didengarnya ada yang mau memasuki  kediaman mereka dari arah depan jadi dia menelpon Bapaknya. Kebetulan adiknya yang laki2 sedang kuliah pagi itu.Ayahnya adalah seorang supir ke sebuah  kabupaten di kota saya. Pelaku tidak dapat masuk dari pintu depan akhirnya nekat masuk dari pintu belakang. Peristiwa pembunuhan terjadi di ruang tengah tepat di depan kamar tidur  (maaf oto tidak bisa ditampilkan karena tidak etis dipublikasikan). bekas tapak si pembunuh tercetak diatas darah si korban. Ayahnya tidak lama kemudian datang, ketika mengetuk dari pintu depan dan memanggil nama anaknya tidak dibukakan jadi akhirnya beliau lewat pintu belakang. Telur yang digoreng anaknya gosong  dan beliau malah menemukan anaknya sudah terbaring di ruang tengah bersimbah darah bersisian dengan handphonenya.

Saya tidak bisa membayangkan menjadi ayah si gadis karena kehilangan orang  yang kita cintai, sayangi yang dekat dengan kita. Bahkan mendengar perkataan serta permohonan terakhirnya mungkin ayahnya menyesali keterlambatan kedatangannya. Tapi dari hal ini saya menarik kesimpulan kenapa ayahnya tidak memiliki no.handphone salah satu tetangganya, sebab penolong kita yang paling cepat, terdekat dan efisien bukan keluarga ataupun saudara kandung kita tapi tetangga di sekitar kita. Ini berdasarkan pengalaman saya ketika sakit parah dikampung tempat saya bekerja dulu, yang cepat membantu saya adalah para tetangga saya yang sudah baik dan menolong saya sehingga saya cepat mendapatkan perawatan dan penanganan baik medis maupun tidak (terapi pijat dll bukan pake jampi-jampi ataupun sihir).

Mungkin kejadiannya akan berbeda jika saja ada salah satu tetangganya datang dan berteriak minta tolong, yang pastinya bantuan medis akan cepat didapat dan pelakunya pasti dapat ditangkap. Berita yang beredar di masyarakat katanya Emma jadi korban perkosaan, atau dia adalah seorang cabe-cabean juga dan lain-lain. Tapi yang pasti dari gambar foto yang saya lihat Emma masih berpakaian lengkap saat dibunuh, memakai baju kaos dan celana pendek. Tapi penelusuran di tempat kejadian ditemukan test pack yang belum dipergunakan, entah itu miliknya, adiknya atau punya siapapun itu pihak kepolisian belum bisa mengungkap siapa pelaku atau otak dibalik tragedi ini. Semoga pelakunya segera tertangkap dalam waktu dekat ini dan diberikan ganjaran yang setimpal dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan menjalaninya.

Pastinya apapun motif yang mendasari pembunuhan tersebut pada dasarnya pikiran si pembunuh selalu berkata begini : I hate you so I kill you.Semoga tidak ada lagi Emma-Emma lainnya yang mengalami peristiwa tragis seperti ini dikotaku. Tuhan pasti tahu apa yang kita perbuat  dengan sesama kita setiap harinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun