Mohon tunggu...
Ayu Shanty
Ayu Shanty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm a simple women ^_^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sumpah Sang Ayah

27 Februari 2015   23:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Kusumpahi kelaminmu busuk bila kau berbohong padaku!"
"Dan sumpahmu tidak akan pernah terjadi, Ayah!" Kutatap tajam mata lelaki tua itu.

Plak!
Satu tamparan di pipi kiri cukup mumbuat tubuhku terhuyung ke sudut sofa. Tapi aku tak menangis. Entahlah. Mungkin batu karang di kepala Ayah telah berpindah ke hatiku, hingga sepahit apapun hidup, aku tak pernah cengeng menjalaninya. Atau mungkin karena mataku juga sudah kering, tak mengandung bulir bening sedikit pun!

"Anak kurang ajar!" Matanya yang tajam terlihat berapi, iblis itu tengah merasukinya, untuk yang kesekian kali ....
"Aku akan datang lagi besok, siapkan uang untuk adikmu!"

Tak kuhiraukan pria tua yang telah merenggut kegadisanku itu, kubiarkan ia membanting pintu dan berlalu dengan muka merah padam. Aku bersimpuh di atas lututku sendiri. Tuhan ..., mengapa ia harus menjadi ayah kandungku bila ternyata aku menjadi sasaran emosi dan nafsunya sejak Ibu meninggalkan kami pada usiaku masih sepuluh tahun dan dua adikku yang masih balita?

Lebih dari itu, baru saja aku duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Pertama, ia seperti tanpa dosa mengirimku pada seorang mucikari untuk bekerja dalam pelukan iblis itu demi menghidupinya dan adik-adikku.

Ya, aku berbohong padanya dengan mengatakan aku sakit dan tidak bisa melayani tamu hingga otomatis dong, aku tak punya uang! Tapi bedebah kepala syetan itu mencium kebohonganku. Ah ..., kenapa aku harus takut? Bukankah dia salah? Tuhan mana mau mengabulkan do'a iblis itu, kendati ia ayah kandungku?

Sebulan telah berlalu sejak pertengkaran itu, dan kini aku terbaring di kamar pasien seorang dokter kelamin ....

Tuhan, seperti inikah keadilan-Mu?
Dan untuk pertama kalinya yang kuingat, inderaku berair mata ....

**** **** ****!
*Terinspirasi dari kisah nyata seorang gadis malang, Ciamis 2013

As, Bdg 270215

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun