“Manusia sepertiku, hanya butuh menulis untuk mencurahkan segala isi dihati. Hanya butuh pena dan kertas-kertas untuk ditulisi. Dan hanya butuh Allah untuk jadi pendengar setia.”
Tapi karena zaman sudah berubah, pena dan kertas sudah tidak terlalu dibutuhkan untuk menulis hal macam yg saya kerjakan ini. Tapi, karena Allah menitipkan barang ini pada saya, saat saya berulang tahun yang ke-17 oleh mama… jadi saya ingin memanfaatkan ini dengan sebaik-baiknya. Awalnya, saya punya mimpi. Menjadi seorang penulis, kemudian jurnalis, dan sekarang ingin jadi seorang dosen atau serendah-rendahnya ingin jadi seorang guru disebuah sekolah Islam.
Untuk jadi seorang penulis, yg saya butuhkan hanyalah fokus untuk meningkatkan kemampuan saya dalam keterampilan berbahasa dan menulis. Mengusahakan menyisihkan waktu untuk berkarya. Hmm… cukup sulit sebenarnya, dengan kegiatan saya yg amat padat dan tugas-tugas sekolah yg banyak menyita waktu kosong saya. Tapi bagaimanapun juga cita-cita adalah cita-cita, yang dimana kita menginginkan itu-mengharapkan itu, HARUSlah MAMPU TERWUJUD. Saya jadi teringat kata-kata dari Walt Disney, bunyinya seperti ini: “If you can dream it, you can do it!” (Jika kamu bisa memimpikannya, maka kamu bisa melakukannya!) nah… sekarang yang jadi permasalahannya adalah, saya harus mampu menyisihkan waktu untuk berkarya. Sempatkan! Sesibuk apapun, sepadat apapun jadwal kita. Setidaknya dalam seminggu—satu hari untuk bisa berkarya. Menghasilkan beberapa artikel atau puisi. Oke. SAYA HARUS BISA!!!
Kedua, hmmm untuk jadi seorang jurnalis ya.. hmmm saya pernah menerima pendapat dari orang-orang, bahwa untuk jadi seorang jurnalis itu berat. Kenapa berat? Karena, pertanggung jawabannya itu besar sekali. DUNIA dan AKHIRAT!! Apa yg kita sajikan, yakni berita atau sebuah kabar, jangan sampai itu jadi fitnah, karena banyak yg direkayasa, ditutup-tutupi, dilebih-lebihkan. Apalagi sekarang kita masih berada diranah media sekular. Sistem yg seperti ini. Sulitsekali jika tujuannya ingin sekalian dakwah. Pasti banyak rintangan dihadapan, tantangannya lebih rumit. Bukan berarti saya tidak mau ambil resiko, tapi mungkin bukan begini caranya. Mungkin saya bisa tetap jadi seorang jurnalis tapi tidak bekerja secara terikat dengan sebuah lembaga atau perusahaan. Seperti majalah, koran, atau televise. Saya masih tetap bisa jadi seorang jurnalis tapi secara “free”, maksudnya, tidak terikat. Saya bisa hanya sekedar mengirim artikel-artikel saya ke sebuah media cetak. Hmmm tapi yg tentunya bisa menerima pendapat/kritik/saran saya. Mengenai berita terhangat yg sedang booming. Berikan opini sesuai pemahaman saya. Dan pastikan harus opini islam. Tentu niat saya kan ingin berdakwah. Melalui hobi saya ini. Hehe… Lalu, insya allah mungkin terima uang. Bisa saya gunakan untuk keperluan sehari-hari. Bantu mama, bantu bapak. Jangan ngandelin uang dari mereka. Karena mereka kan gak selamanya kerja. Usia terus bertambah seiring waktu. Makin lama makin menua, kekuatan fisik manusia itu terbatas. Lagian, saya anak pertama. Anak terbesar dikeluarga. Saya yg menggantikan mereka… saya yang mengambil alih tanggung jawab mereka. Hmm oke. Mungkin ini sudah berada diranah “kerja” setelah saya lulus SMA nanti. Semoga dapat terwujud rencana ini. Aamiin…
Terakhir, jadi seorang guru atau dosen. Bedanya, kalau dosen itu mengajarnya dikalangan mahasiswa, disebuah universitas. Kalau guru…… mengajarnya dikalangan siswa-siswi, disebuah sekolah. Hmmm pokoknya, mau jadi dosen mapel apapun dan guru mapel apapun, asalkan itu mengajar, saya TENTU MAU. masalahnya, saya senang dengan “MENGAJAR”. Menularkan kecerdasan, berbagi ilmu, dan membuat orang lain paham itu hal yg amat menyenangkan buat saya. Disisi lain, sangat berpahala bukan? Dan betapa mulianya menjadi seorang guru itu…… ^^, ilmu yg didapat bisa bermanfaat, mengalir setiapsaat pahala/amal kebaikannya sekalipun saya sudah meninggal nanti… wahhh pokoknya. Tapi……… yg ingin saya ajari adalah anak-anak yg seusia remaja, sekitar usia anak SMP kelas 2 sampai dengan SMA. Heheh *nawar. :D kenapa coba saya inginnya begitu? Sebab, kerasa banget gitu jika menjadi seorang guru yang hanya berpikir bahwa tugasnya hanyalah “mengajar”, bukan “mendidik”. Sangat disayangkan. Maaf, mungkin disini tujuan saya bukan hanya mengajar, tapi saya ingin mampu untuk membina (membimbing) oranglain, terutama para remaja. Sebab, miris sekali remaja zaman sekarang. Dan yg saya pikir dan rasakan, masa-masa remaja itu masa-masanya ‘pikiran dan hati itu bergejolak’. Nafsu dari jiwa menuntut untuk dipenuhi. Terkadang sulit dikendalikan, apalagi jika pemahaman agamanya kurang. Bisa bahaya! Pemikirannya, begitu sangat ingin bersenang-senang, ingin menikmati dunia yg katanya mirip surga. Eits… padahal, kata siapa? Heu, saya udah pernah baca hadist nih, Rasul bersabda: “Dunia, bagi orang kafir itu adalah surga. Sementara bagi orang beriman, dunia itu seperti penjara.”
Hayoloh… masih mau ngomong dunia itu kayak surga?
Oke, over all, semoga ketiga cita-cita ini, mampu saya wujudkan. Sebenarnya, yg berkontribusi banyak disini tidak hanya saya pribadi, namun orangtua, teman, terutama ALLAH SWT. Tanpa-Nya, apalah arti hidup saya. Dia pencipta saya, Dia paling tau apa yg baik bahkan YG TERBAIK buat saya. Maka dari itu, saya ingin serahkan semuanya pada-Nya. Sambil saya bertawakal—USAHA/IKHTIAR, dan tentunya senjata ampuh umat muslim ialah DO’A. moga terlaksana! Mohon bantuannya. (y)
“Disini terhampar segala mimpi, cita, dan impian dari seorang gadis yang hendak tumbuh dewasa.”
(Ayu Saraswati)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H