Energi hibrid adalah kombinasi dua atau lebih sumber energi untuk menghasilkan listrik yang lebih stabil dan andal. Di Pagerungan Kecil, tenaga surya menjadi sumber utama yang kemudian diperkuat dengan tenaga angin untuk mengatasi keterbatasan energi surya di malam hari atau saat cuaca mendung. Hal ini menunjukkan upaya untuk memaksimalkan potensi lokal tersebut.
   Energi hibrid ini menerapkan SDGs 7 yakni sistem keberlanjutan yang lebih menekankan pentingnya akses energi yang terjangkau, andal, keberlanjutan serta modern. Sistem hibrid ini tentunya sejalan dengan tujuan tersebut khususnya dalam meningkatkan akses listrik pagi masyarakat terpencil, meminimalisir ketergantungan pada bahan bakar fosil serta pengurangan emisi karbon secara global.
   Desa Pagerungan Kecil menghadapi krisis listrik sejak tahun 2021 akibat PLTD yang berhenti beroperasi karena kenaikan harga solar. Akibatnya, desa mengalami keterbatasan penerangan, terganggunya pelayanan kesehatan di Puskesmas Pembantu (Pustu), hingga terhambatnya aktivitas ekonomi dan sosial. Untuk mengatasi masalah ini, energi hibrid berbasis ramah lingkungan hadir sebagai solusi yang berkelanjutan.
   Energi hibrid ini mampu menyediakan listrik hingga 24 jam, mendukung berbagai kegiatan penting seperti penerangan di balai desa, dermaga, dan Pustu. Dengan adanya listrik, fasilitas penyimpanan obat dan vaksin di Pustu dapat berfungsi optimal, pelayanan administrasi kesehatan meningkat, dan pasien merasa lebih nyaman. Selain itu, warga kini dapat menikmati fasilitas modern seperti kipas angin, televisi, dan charger handphone, yang meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.
   Tak hanya itu, energi hibrid juga mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi desa. Rumah industri kembali beroperasi, pabrik mini es didirikan, dan bisnis pentol bakso berbahan ikan segar berjalan lancar. Keberadaan listrik yang stabil membuka peluang baru bagi warga untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
   Meski menjanjikan, sistem energi hibrid tidak lepas dari tantangan. Ketidakpastian intensitas angin dan sinar matahari dapat memengaruhi efisiensi, sementara harga alat yang masih tinggi serta keterbatasan ketersediaannya menjadi kendala utama, khususnya di daerah terpencil. Selain itu, dibutuhkan kolaborasi yang kuat antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta untuk memastikan keberlanjutan sistem ini.
REFERENSI
- Pelita di Tengah Krisis Listrik di Pulau Pagerungan Kecil. (2024). Diakses pada 5 Desember 2024 dari https://energi.co.id/pelita-di-tengah-krisis-listrik-di-pulau-pagerungan-kecil/Â
- PERTAMINA FOUNDATION HADIR DI TENGAH KRISIS LISTRIK DI PULAU PAGERUNGAN KECIL. (2023). Diakses pada 5 Desember 2024 dari https://pagerungankecil.com/berita/read/pertamina-foundation-hadir-di-tengah-krisis-listrik-di-pulau-pagerungan-kecilÂ
- Pagerungan Kecil, Desa Terluar Sumenep yang Sudah Nikmati Listrik dan Layanan Digital. (2024). Diakses pada 5 Desember 2024 dari https://www.maduratoday.com/pagerungan-kecil-desa-terluar-sumenep-yang-sudah-nikmati-listrik-dan-layanan-digital/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI