Sekitar pertengahan Januari ketika saya pulang ke Semarang, saya sempat berbincang dengan papah mertua saya. Beliau adalah keturunan Tionghoa yang menikah dengan orang Jawa, yakni mami mertua saya.
Dalam percakapan yang "berbau politik" itu, kami sempat ngobrol tentang presiden di Indonesia. Ketika sampai pada pembicaraan tentang Gus Dus, komentar beliau sederhana, "Gus Dur itu (memerintah) cuma sebentar, tapi hasilnya luar biasa." Hal itu disampaikannya berkaitan dengan kebijakan Gus Dur mengenai Inpresnya yang mencabut pelarangan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Cina.
Gus Dur telah memulai sejarah baru bangsa Indonesia, terutama etnis Tionghoa di Indonesia, sehingga meski "nenek moyang" mereka berasal dari negeri nun jauh di sana, namun tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah bagian dari negeri ini. Kita tahu sejarah tentang John Lie, seorang pahlawan berdarah Tionghoa yang memanfaatkan kepiawaiannya dalam berdagang untuk memasok persenjataan bagi para pejuang kemerdekaan, yang kapalnya menjadi "legenda" yang ditakuti penjajah.
Berkat Inpres nomor 6/2000 yang dikeluarkan Gus Dur, kaum Tionghoa di Indonesia menjadi bebas berekspresi, mengekspresikan budaya, kesenian, dan kepercayaan mereka tanpa takut diciduk yang berwajib.
Saya masih ingat, bagaimana warga Tionghoa di kota Semarang menyambut kebijakan itu dengan gembira. Tentunya di kota-kota lain juga sama. Segala budaya Tionghoa yang belum pernah saya lihat sebelumnya, atau yang hanya saya lihat di televisi, bisa saya saksikan dari dekat (mis. barongsai).
Di Semarang, saya bisa jalan-jalan dan menikmati kuliner sepuasnya di Warung Semawis, sebuah pusat jajanan ala Tionghoa yang terbentang di sepanjang Gang Warung. Warung/Pasar Semawis itu biasanya hanya digelar di hari Sabtu dan Minggu malam.
Jika ditanyakan kepada etnis Tionghoa di Indonesia siapakah di antara presiden RI yang paling mereka hormati/kagumi, tentulah jawabannya adalah Gus Dur, karena bagi mereka Gus Dur lebih dari sekedar presiden. Gus Dur, di mata etnis Tionghoa, adalah pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H