Tadi malem via Yahoo! Messenger aku dapet info dari pacar tentang seseorang yang nulis di akun Facebook Suara Rakyat, isinya soal keanehan pada uang pecahan seratus ribuan, begini bunyinya:
"Hallo SR (Suara Rakyat-pen.)! Ada berita mengejutkan tolong diekspose.Coba perhatikan duit Rp. 100.000,-, kok tahun Proklamasi 05 bukan 45? Djakarta, hari 17 boelan 08 tahoen 05 coba rekan-rekan sekalian cek! Aneh?"
Nah, tadi pagi kebetulan denger ada juga temen kantor yang lagi ngebahas soal keanehan itu. Mereka beramai-ramai ngeliatin uang seratus ribuan. "Kenapa ditulisnya bukan '45' tapi '05' ya?" Begitu kira-kira pembicaraan mereka. Mungkin salah satu dari mereka ada juga yang gabung grup SR di Facebook. Sebenernya tadi malam masalah itu udah kubahas ama pacarku bahwa BI tidak salah cetak, karena memang tahun "05" itulah yang ada di teks asli Proklamasi (baik yang ditulis tangan maupun yang diketik). Itulah yang sempat kuinget dari pelajaran sejarah di SMA (berarti hari itu diajarin, aku nggak lagi bolos, hehehe..). Mengapa tahun "kosong lima?" Karena waktu itu penanggalan kita mengacu pada penanggalan Jepang 2605, yang notabene adalah penjajah. Mengapa mereka--penulis proklamasi itu--tidak menggunakan 1945? Tidak ada penjelasan yang cukup untuk itu, tapi mungkin saja mereka memang hendak mengalamatkan pernyataan kemerdekaan itu kepada pihak Jepang. Setidaknya ada dua poin sederhana dapat kupetik dari kasus ini. Pertama, siapapun orangnya, ia mustinya berhati-hati kasih info. Begitu ada info yang baru ato unik, dia mustinya cek dulu kebenarannya. Di era Google seperti sekarang, sebenernya cross check itu gampang banget kok dilakuin. Orang-orang yang asal nyebar info tanpa ngecek dulu keakuratannya sama aja provokator. Kedua, kita perlu nambah pengetahuan umum sebanyak mungkin yang kita bisa, dan jangan cuma pengetahuan yang kita pelajari di kuliahan. Sering-seringlah ngebaca buku, koran, ato majalah, biar kita nggak mudah kena provokasi. Orang-orang yang kena provokasi tentang hal ini, misalnya, ujung-ujungnya ya nuduh BI gak profesional, dsb. Tambahan dikit tentang ngebaca. Aku sering liat kalo di tempat-tempat umum kayak ruang tunggu gitu, orang-orang bule biasanya langsung ngeluarin buku/bacaan. Sementara itu, orang-orang lokal biasanya ngeluarin hape trus smsan ato FBan. Ada juga yang ngeluarin cermin, trus nyisir rambut & ngebenerin make-up. Capek deehhh.... [caption id="attachment_279614" align="alignnone" width="300" caption="Inilah duitnya!"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H