Mohon tunggu...
Philip Ayus
Philip Ayus Mohon Tunggu... -

menjaga kewarasan lewat tulisan | twitter: @tweetspiring.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Antara Hamas, Israel, dan Restoran Cepat Saji

7 Juni 2010   17:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:41 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Berikut kutipan berita utama Harian Kompas hari Senin, 7 Juni 2010: "Hamas, penguasa Jalur Gaza, sering menyerang Israel dengan roket-roket. Israel juga membalas dengan serangan militer yang 'keterlaluan'."

Saya tidak mengerti, apakah yang dimaksud dengan kata "keterlaluan" di situ, namun yang jelas dalam sekilas baca opini masyarakat digiring untuk mempercayai bahwa apa yang dilakukan Israel dalam konteks peperangan melawan Hamas adalah suatu hal yang kelewat batas. Sementara itu, "roket-roket" yang "sering" ditembakkan Hamas ke Israel hanya dibahas sambil lalu, seolah bukan suatu hal yang signifikan. Roket-roket itu, bagi saya, terbaca seperti layaknya kembang api saja.

Pembaca yang peduli bahasa akan bisa menangkap ke mana penulis akan menggiring opini-bahkan emosi-publik.

"Tidak hanya itu." Demikian sambung penulis di alinea berikutnya, "Israel menyumbat akses persenjataan ke Jalur Gaza dengan blokade." Di dalam hati saya terbersit tanya, apakah yang dimaksud dengan akses persenjataan itu, untuk siapa dan dari siapa gerangan senjata itu? Penulis kembali mencoba untuk menggiring opini dengan frasa "tidak hanya itu" nya. Apakah sesuatu yang tidak wajar atau manusiawi, jika pihak yang sedang bersitegang berusaha untuk menghalangi akses persenjataan pihak lawan?

Dengan kelihaian berbahasa, seseorang bisa dengan mudah mengajak orang lain untuk memikirkan, merasakan, dan melakukan apa yang ia inginkan. Akan tetapi, janganlah kiranya kepandaian ini terbawa-bawa dalam ranah jurnalistik. Masyarakat juga diharapkan lebih jeli menyikapi segala informasi yang tersaji, agar tak mudah larut terbawa emosi yang bisa berujung kemarahan tak terkendali, seperti yang terjadi baru-baru ini di sejumlah restoran cepat saji.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun