Mohon tunggu...
Philip Ayus
Philip Ayus Mohon Tunggu... -

menjaga kewarasan lewat tulisan | twitter: @tweetspiring.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fenomena Baru di Twitter: Jajang Kusnandar!

28 September 2012   04:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:33 8363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil penelusuran pengikut @jajang_nandar / i.imm.io/FSoK.jpeg

[caption id="" align="aligncenter" width="739" caption="Jajang, sang Fenomena! / i.imm.io/FSxe.jpeg"][/caption] Twitter dibuat heboh kemarin sore menjelang malam oleh akun @jajang_nandar yang popularitasnya meroket begitu rupa. Bayangkan saja, di sore hari akun ini diikuti oleh 300-an orang dan terus bertambah hingga menjadi 3.000 pengikut lebih hanya dalam hitungan jam. Pukul 10.18 pagi ini, jumlah pengikutnya sudah mencapai 10.634 orang. Siapakah pemilik akun yang fenomenal ini? Kalau dilihat dari bio-nya, namanya adalah Jajang Kusnandar. Foto profilnya adalah seorang pemuda bertato yang berdiri bertelanjang dada di dalam sebuah kamar dengan tatapan mata seribu makna. Informasi lain yang bisa kita dapatkan dari situ adalah bahwa (kemungkinan) Jajang tinggal di Buncit 5. Lantas, apa yang membuatnya begitu fenomenal? Cek saja linimasanya. Sedikit peringatan dari saya sebelum mengecek linimasa @jajang_nandar ini, pastikan bahwa anda sudah menyiapkan obat tetes mata di dekat anda, hehehe. Pastinya, Jajang Kusnandar ini telah membuat banyak "selebtwit", alias pemilik akun twitter yang memiliki pengikut ribuan orang, menjadi iri habis-habisan (meski mungkin hanya di dalam hati, hehehe). Bayangkan saja, popularitasnya didapat seolah-olah tanpa banyak upaya seperti muncul di televisi atau membeli pengikut palsu. Oh iya, ketika saya cek komposisi pengikutnya melalui situs statuspeople.com, terlihat bahwa pengikut palsu @jajang_nandar ini hanya 1% dari 10.000-an pengikutnya, sementara itu pengikut yang kurang begitu aktif sebesar 8% dan yang aktif adalah sisanya, yakni sebesar 91%. Ini menunjukkan bahwa akun Jajang bukanlah akun "selebtwit wannabe" (ingin tersohor di Twitter) yang salah satu modusnya adalah membeli pengikut palsu. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Hasil penelusuran pengikut @jajang_nandar / i.imm.io/FSoK.jpeg"][/caption] Lantas, bagaimana bisa sebuah akun yang bukan milik selebritis atau orang terkenal mendadak bisa begitu populer? Kesimpuan pertama saya, kita suka dengan keluguan dan kejujuran yang terungkap lewat kicauan-kicauan Jajang. Kita suka dengan ke-apaada-an, dengan orisinalitas. Sayangnya, dunia maya seringkali menyeret kita untuk "jaim", menjaga citra kita agar nampak positif (baik, bijak, pintar, humoris, dsb.) di sana. Dan, bukankah keluguan (ketulusan, lebih tepatnya) serta kejujuran itu yang membuat Jokowi-Basuki dipilih oleh sebagian besar warga DKI? Kedua (semoga saya salah), adalah bahwa kecenderungan kita untuk menganggap diri kita lebih baik dari orang lain, yang bisa berujung pada pem-bully-an. Pendek kata: kita suka menghina kelemahan orang lain. Untuk apa? Salah satunya, tentu saja, untuk menutupi kelemahan kita sendiri. Sebagian (besar?) orang yang mengikuti akun ini mungkin sekedar ingin membaca status-status yang ditulis Jajang dengan tingkat keterbacaan yang minim itu, juga dengan kepolosan yang ia lontarkan. Salah satu contoh saja, ketika ada yang mengomentari ava (avatar, alias foto profil) Jajang, ia justru balik bertanya, apa itu ava, dan meminta penanya untuk menggunakan bahasa Indonesia saja. Satu lagi, Jajang nampak kebingungan ketika banyak sekali mention (sebutan) yang diterimanya, kemudian menuduh orang-orang bersekongkol untuk "menyerang" dia dengan mention-mention itu. Semacam teori konspirasi kecil-kecilan, hehehe. Ada satu hal yang menarik, yakni ketika ada yang bertanya apakah (warga) Buncit 5 suka tawuran juga, Jajang menjawab dengan gaya khasnya: "w g ska tawuran coz twarun wat pngcut...." Meski bertato dan berwajah (lumayan) sangar, Jajang memiliki prinsip yang patut didengarkan oleh para pelajar yang akhir-akhir ini membuat kehebohan dengan berbagai tawuran yang sampai memakan korban jiwa. Tawuran itu hanya untuk pengecut. Ya, bukankah hanya pengecut yang sukanya berkelahi beramai-ramai, karena ia tak mau memikul tanggung jawab sendiri? Sama seperti anggota dewan yang beramai-ramai hendak memotong kewenangan KPK. Sama seperti mereka yang beramai-ramai menyegel dan merazia tempat-tempat usaha. Ah, sudahlah, lebih baik kita mengikuti linimasa si Jajang. Siapa tahu, sakit hati kita bisa sembuh tanpa perlu berobat ke klinik Tong Fang. Selamat #terjajang! Ikuti @Tweetspiring

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun