Mohon tunggu...
Philip Ayus
Philip Ayus Mohon Tunggu... -

menjaga kewarasan lewat tulisan | twitter: @tweetspiring.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ande-ande Lumut dan Kebesaran Bangsa Kita

31 Agustus 2012   05:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:06 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah Anda tahu mengenai kisah Ande Ande Lumut? Lakon dari Jawa Timur ini menjadi salah satu pilihan ketika tim kesenian di gereja saya hendak mengadakan pertunjukan drama atau ketoprak untuk umum. Kisahnya cukup sederhana, mengenai tiga bersaudara yang mengikuti sebuah sayembara perjodohan untuk bisa menikahi pangeran tampan di kerajaan seberang sungai.

Ketiga saudara itu bernama Klenting Abang, Klenting Ijo, dan Klenting Kuning, sedangkan sang pangeran bernama Ande Ande Lumut. Saya tidak tahu, apakah ketiga warna tersebut (merah, hijau, kuning) diambil dari warna bendera peserta Pemilu di era Orde Baru ataukah tidak, yang jelas begitulah cerita yang saya baca dan nikmati semasa kecil. Kisahnya seperti Cinderela, hanya tanpa peri ajaib. Nah, dari ketiga saudara tersebut, Klenting Kuninglah yang paling "teraniaya" oleh ketiga saudari kakaknya.

Ketika mereka berangkat menuju tempat sayembara, ada sebuah permasalahan. Sungai yang harus mereka lewati sangat dalam dan tidak ada jembatan sama sekali. Hanya ada satu yang bisa menolong mereka menyeberang, Yuyu Kangkang namanya. Namun demikian, Yuyu Kangkang yang berwujud kepiting itu (yuyu=kepiting) punya satu syarat: tiap gadis yang ingin diseberangkannya harus mau dicium setelah sampai di seberang.

Klenting Abang sudah sampai di seberang, demikian pula dengan Klenting Ijo. Keduanya juga sudah dicium oleh Yuyu Kangkang. Mereka menyanggupi karena toh, pikir mereka, tidak akan ada yang tahu. Giliran Klenting Kuning yang diseberangkan, namun bedanya, si bungsu ini menolak untuk dicium dan malah berhasil mengalahkan si Yuyu Kangkang dengan senjata sakti yang ia miliki.

Cerita itu diakhiri dengan dipilihnya Klenting Kuning untuk mendampingi sang pangeran, karena ternyata Ande Ande Lumut bisa mendeteksi, manakah gadis yang belum "ternoda" oleh Yuyu Kangkang. Meskipun Klenting Kuning tak secantik kedua kakaknya, ia dianggap memiliki satu kelebihan dari mereka semua, yakni mampu menjaga kesucian dirinya. Dan, itulah yang menjadi tuntunan moral dari kisah ini. Kesucian melampaui kecantikan, dan itulah yang sebaiknya diperjuangkan oleh semua orang.

Seandainya setiap orang di negeri ini mau mengamalkan pesan moral dari kisah Ande Ande Lumut, tentu kita sekarang bisa menjadi bangsa yang besar. Apakah ukuran kebesaran sebuah bangsa? Jika mengacu pada kisah Ande Ande Lumut, bolehlah kita katakan bahwa kebesaran sebuah bangsa bukanlah terletak pada kemegahan infrastruktur atau pertumbuhan ekonominya, melainkan pada kekuatan (baca: kecantikan) karakter para penduduknya. Bagaimanapun juga, ongkos pencitraan itu di mana-mana selalu lebih mahal, bukan? Salam Ande Ande Lumut!

----

Ikuti @Tweetspiring

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun