Hingga saat ini, korban jiwa akibat MERS (Middle East Respiratory Syndrome) atau sindrom pernafasan Timur Tengah--sejenis SARS--mencapai 115 orang.
Virus MERS masih berhubungan dengan virus SARS. Belum ada vaksin atau pengobatan yang manjur untuk kedua penyakit tersebut. Para peneliti meyakini, MERS pertama kali berasal dari binatang onta. Hingga saat ini, penularan antarmanusia baru didapati terjadi pada jarak dekat.
Banyak yang khawatir jika tak segera diatasi, penyakit ini akan tersebar ke seluruh dunia, mengingat bulan Juli nanti, jutaan orang diperkirakan akan mengunjungi negeri tersebut selama bulan Ramadan.
Tak hanya itu. Pada bulan Oktober, jutaan muslim juga akan berduyun-duyun ke sana untuk melaksanakan ibadah haji di Mekkah.
Wabah MERS ini tentu menimbulkan dilema tersendiri, mengingat berhaji merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam, sementara Mekkah sebagai lokasi penyelenggaraan ibadah haji sedang dalam status waspada terhadap serangan virus mematikan tersebut.
Setidaknya ada dua pilihan besar bagi Pemerintah maupun calon jamaah haji di Indonesia. Pilihan pertama adalah menunda rencana keberangkatan hingga tahun berikutnya, dengan harapan wabah MERS telah teratasi.
Sedangkan pilihan kedua adalah tetap melanjutkan rencana berhaji, namun dengan pembekalan pelatihan maupun sarana pencegahan penularan yang memadai. Dengan demikian, diharapkan sepulang dari tanah suci, jamaah kembali dalam keadaan sehat dan bukan "kulakan" virus mematikan.
Harapan kita semua, tentu saja, adalah supaya wabah ini segera teratasi. Namun sebagai makhluk yang diberikan karunia akal budi, tentu akan lebih baik jika kita mengambil langkah-langkah yang tepat sebagai antisipasi.
=====
sumber: TIME
Ikuti Twitter Saya: @Tweetspiring
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H