Mohon tunggu...
Ayu Puspita Lestari
Ayu Puspita Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

AVOID STUPIDITY BRILLILANCE BEFORE SEEKING

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Api dan Air dalam Pusaran Anekdot

21 April 2024   11:24 Diperbarui: 24 September 2024   07:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Maret  menjadi bulan spesial, karena perayaan besar tiga agama diadakan bulan ini. Bulan Ramadhan untuk Agama Muslim, Hari Nyepi untuk Agama Hindu dan ada Hari Paskah untuk Agama Kristiani. Banyak yang mengatakan bahwa bulan ini juga, bulan yang penuh berkah bagi banyak orang.  Tapi selain menjadi bulan yang "penuh berkah", bulan ini juga menjadi ajang anekdot terutamanya  di media sosial. Dari mulai politik,  sosial .

                           KOK BISA, MEMANG ADA APA ?

Bulan Maret di simbolkan dengan zodiak Air dan Api, si Pisces dan si Aries. Bulan Maret tahun ini terasa sangat berbeda, dengan sebelum-sebelumnya. Banyaknya anekdot yang buat heboh persosmedan di indonesia.  

Mulai dari perpolitikan yang semakin tidak karuan, para pejabat yang sudah tidak ada malu untuk berkuasa di negara ini. Kisah bansos, Pemilu dengan kejanggalannya, drama gugatan MK, bagi-bagi kursi menteri. Korupsi 271 T, Plagiarisme dalam dunia akademik, Kucing mahal yang tidak dirawat. 

Cerita dari politik di negeri ini seakan sudah basi.  Para pejabat yang seharusnya "menjadi kaki tangannya rakyat" berubah menjadi monster yang haus akan kekuasaan. Alih-alih peduli rakyat mereka hanya peduli diri sendiri. Janji mereka untuk menjadi jembatan rakyat dalam berkehidupan lebih layak di negara ini, hanya janji bodong. Mereka telah menjadi aktor kawakan dalam memerankan tugasnya sebagai pejabat arogan. 

"Para pejabat ini"lupa dengan semuanya setelah menjadi pembantu pemimpin-pemimpinnya yang sama arogannya. Apalah mereka   jika bukan rakyat yang memilih.

Cerita dunia akademik yang semakin kehilangan arahnya sebagai institusi "mencerdaskan anak bangsa" berubah menjadi tempat penjiplakan karya tulis". Seorang akademisi saat ini seakan tidak harganya dan disamakan dengan mahasiswa semester awal kuliah. Dunia akademisi saat ini, bukan lagi untuk dibanggakan karena melahirkan para pemikir-pemikir yang dapat menciptakan pembaharuan dalam ilmu pengetahuan. Melainkan hanya bidang yang dikomersilkan oleh bisnis. Meningkatnya plagiarisme menjadi lumrah di saat era zaman semakin modern. Bagaimana menciptakan generasi penerus bangsa ini, untuk setara dengan SDM negara lain yang lebih maju dalam pemikirannya. 

Cerita korupsi pertambangan timah yang merugikan negara, tidak main-main 271 T mereka "pelaku" korupsikan untuk kepuasan nafsunya semata. Mereka sudah dibutakan oleh gemilang harta sehingga tidak bisa melihat, banyak orang di luar sana yang masih kekurangan dalam kehidupannya. Mereka "para pelaku" sudah melebihi karakter "kaneno" keserakahan yang membelenggu diri mereka, terperdaya oleh gaya hidup mewah dunia. Mereka.

Cerita-cerita diatas, menjadi anekdot yang sangat  dongol untuk di dikonsumsi oleh masyarakat ini. Saat negara lain sedang memikirkan untuk menciptakan teknologi baru, bagaimana menyelesaikan perang, bagaimana menciptakan mata uang baru. Negara ini masih berkutat dengan keserakahan para pejabat, orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin, di negara ini orang orang seakan hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa mau berempati dengan orang kecil yang masih banyak bertebaran untuk mencari sesuap nasi, untuk menghidupi keluarganya. Negara ini diprediksi akan menjadi negara maju di masa mendatang, tetapi menuju ke arah itu butuh proses, butuh bekal yang harus dipersiapkan sedari sekarang. Tetapi lihat saat ini negara ini selalu dipenuhi anekdot alih-alih mencerdaskan bangsa tetapi justru sebaliknya.

               Bagaimana yang harus dilakukan masyarakat ??

Membatasi diri dengan anekdot semacam ini.

Masyarakat harus lebih aware dengan segala informasi yang ada saat ini, tidak hanya menerima saja. Kritisi dan analisis kebenarannya, tidak terbawa arus. Sudah saatnya masyarakat di negeri ini lebih aware.   Cerita anekdot ini pasti akan selalu ada setiap saat, entah itu dalam perpolitikan,sosial maupun ekonomi. 

Bulan air dan api tahun ini memang berbeda. Secara religius kita diperlihatkan dengan indahnya toleransi dengan tiga agama yang merayakan hari besarnya di bulan bahkan tanggal yang berdekatan. Tetapi kita juga di perlihatkan cerita-cerita jenaka dari politik,sosial yang ada di negara ini. Mereka seakan memperlihatkan diri mereka yang sebenarnya, mereka yang haus dengan kekuasan, mereka yang arogan, mereka yang serakah, mereka yang tidak punya simpati dengan orang lain. 

"Jika kelak nanti kapital asing akan terus merajalela di Indonesia, seperti sebelum tahun 1942, maka politik imperialisme juga yang akan merajalela di Indonesia di kemudian hari". TAN MALAKA..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun