Berdasarkan data dari Sustainable Wasted Indonesia (SWI), kurang dari 10% sampah plastik terdaur ulang dan lebih dari 50% yang menumpuk tak tersentuh di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).Â
Untuk mengelola sampah diperlukan adanya ekonomi sirkular. Ekonomi Sirkular membuat siklus antara produksi, konsumsi dan daur ulang sampah. Ekonomi Sirkular ini diharapkan mampu mengurangi ekstraksi SDA, menambah lapangan kerja, meningkatkan ekonomi langsung dan tak langsung, mencengah menumpuknya sampah di TPA dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika, produksi sampah plastik terus meningkat persentasenya. Sejak tahun 1960-2008 mulai kurang dari 1% menjadi 12% yakni sekitar 30jt ton dari jumlah total produksi sampah di Amerika.
Kategori sampah plastik yang terbesar berasal dari kemasan dan wadah seperti botol minuman, tutup botol, botol shampoo, dsb. Selain itu, sampah plastik juga ditemukan pada barang-barang yang berbahan plastik dan yang penggunaannya tidak bertahan lama seperti piring, sendok, sedotan, dan cangkir  atau gelas plastik sekali pakai, perkakas plastik dan perlengkapan medis. Dan barang-barang plastik lainnya yang penggunaannya bertahan lama seperti perabotan,dll.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menangani permasalahan tentang sampah. Namun, berbagai upaya tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan. Pemerintah dan masyarakat haruslah saling bekerja sama dalam menangani hal ini.Â
Selain itu, masyarakat harus mau peduli dan meningkatkan kesadaran akan dampak sampah. Dan juga mampu mengambil langkah untuk berpertisipasi dalam menangani masalah sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H