Mohon tunggu...
Ayu Novita Pramesti
Ayu Novita Pramesti Mohon Tunggu... Administrasi - penggemar tahu, kucing, dan buku

senang menjadi diri sendiri yang sederhana dan mengena

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar dari AR Baswedan

10 Juni 2015   23:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/75/AR-Baswedan.png

 

Alhamdulillah, pada tanggal 3 Juni 2015 lalu UIN Syarif Hidayatullah, saya bisa mengenal lebih dekat seorang AR Baswedan langsung dari Bapak Anies Baswedan, cucunya yang kini menjadi Mendikbud. Dalam waktu yang singkat, Pak Anies menceritakan bagaimana kiprah kakeknya yang berdarah Arab itu. AR Baswedan adalah orang yang senang berdiskusi dan merekam diskusinya itu. Beliau berdiskusi dengan berbagai kalangan, mulai dari Y.B. Mangunwijaya (seorang Pastor Katolik), WS Rendra (sastrawan) sampai Abdurrahman Wahid. Beliau juga sangat rajin menulis, baik artikel maupun surat. Apa yang beliau rasakan, itulah yang beliau tulis. Menurut cucunya, AR Baswedan adalah tipologi perintis kemerdekaan yang menghibahkan hidupnya untuk mendirikan negeri ini.

Selain dari cucunya, saya juga mendengar langsung kiprah AR Baswedan untuk membangun negeri ini dari dua cendikiawan yang perhatian terhadap beliau, yaitu dari Bapak Didi Kwartanada (Yayasan Nabil) dan Bapak Putut Wijanarko (Mizan). Pak Didi menyampaikan bahwa beliau adalah salah satu dari enam puluh anggota BPUPK sehingga beliau layak juga disebut sebagai bapak pendiri bangsa (founding father). Pak Didi juga menerangkan dua ‘keunikan’ beliau. ‘Keunikan’ yang pertama, beliau memilih berpolitik dan mengongkosi sendiri kegiatan berpolitiknya, meskipun saat itu beliau harus menghidupi istri dan sembilan anaknya. ‘Keunikan’ yang kedua adalah beliau memiliki bahasa Indonesia yang sangat baik, meskipun seorang keturunan Arab. Dari Pak Putut, saya juga mengetahui bahwa beliau berperan sangat penting dalam pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia. Jauh sebelum itu, beliau giat untuk mempersatukan keturunan Arab di Indonesia dengan mendirikan Persatuan Arab Indonesia pada tahun 1934.

Dari AR Baswedan, saya belajar tiga hal. Pertama, pentingnya kontribusi seseorang terhadap kemajuan negeri. Kedua, bagaimana menjadi pribadi yang menghargai keragaman. Ketiga, pentingnya menjadi pribadi yang bisa menjadi pemersatu. Setelah mengenal beliau, saya juga menjadi termotivasi untuk mengenal lebih dekat para pendiri bangsa yang lain, misalnya HOS Tjokroaminoto dan H. Agus Salim.

 

sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:AR-Baswedan.png

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun